Mohon tunggu...
Cerpen

Lorong-lorong Kesesatan

5 Februari 2018   22:16 Diperbarui: 5 Februari 2018   22:48 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengacuhkan petuah-petuahmu. Teman yang selalu mengkhwatirkan ku bila aku kembali dini hari. Teman yang dengan sabarnya membuka pintu setiap aku pulang dini hari. Bangun dari tidurmu yang pulas demi menyambut kedatanganku. Sabar membangunkan ku waktu subuh. Saras teman seperjuanganku yang selama bertahun-tahun menemaniku. Terima kasih atas segala ketulusanmu dan pengorbananmu kepadaku. 

Takdirku saat ini tidak sebaik takdirmu. Aku mendengar kesuksesanmu yang kamu raih. Kamu telah berhasil menjadi wisudawati terbaik dan mendapat beasiswa untuk kuliah diluar negeri. Apakah kamu tidak ingin pulang ke kampungmu?. Kampung dimana kita dilahirkan dan yang menjadi saksi masa kecil kita yang teramat indah. Jika kamu pulang kunjungi aku. Aku harap kamu memaafkanku dan menerima aku sebagai sahabatmu lagi.

 Sahabat kecilmu

                                                                                                                                                                                                                                                Arin

***

Setelah aku diwisuda aku pulang ke kampungku. Kampung dimana aku dilahirkan. Udara sejuk yang tidak terkontaminasi oleh asap kendaraan dan pabrik. Masyarakat kampung yang begitu ramahnya menyambut kedatanganku. Sepuluh tahun yang lalu aku masih mengingatnya. Tidak ada yang berubah dari segala sisi. Gelak tawa seakan masih terdengar jelas ditelinga. Sepasang anak adam adan hawa berlari menyusuri petak-petak sawah.

Kenangan bersama Arin memanglah tidak diabadikan melalui camera tapi kenangan itu melekat dihati. Rasa rindu ingin bertemu orang tua dan adik-adikku pun tak tertahankan. Aku peluk mereka yang menandakan bahwa aku sangat merindukannya. Tangisan bangga dari wanita yang melahirkan ku. Akan tetapi ini bukan akhir dari segalanya aku masih mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan program masterku. Aku pulang tidak dengan waktu yang lama. Aku harus mengurusi segala yang di butuhkan untuk kuliah di luar negeri. Waktu yang singkat aku pergunakan untuk mengunjungi Arin sahabat kecilku.

"Assalamualiakum Arin". Aku mencoba memanggil Arin."

"Waalaikumsalam".Tampak wanita dengan berpakaian lusuh membuka pintu".

"Arin silakan masuk, kamu sekarang tampak lebih cantik dan dewasa". Arin memujiku"

"ah.. kamu bisa aja. Oh ya maaf aku tidak bisa membalas suratmu karena aku ingin langsung menemui disini. Aku tidak pernah sedikitpun membencimu. Dan kamu salah sampai detik ini aku adalah sahabatmu.".Dengan rasa rindu dan iba saras memeluknya dan dia menangis dalam pelukanku"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun