Mohon tunggu...
Balggys Mae
Balggys Mae Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cokelat Terancam Punah Tahun 2050

3 Januari 2018   11:28 Diperbarui: 3 Januari 2018   11:37 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermula dari pemanasan global atau global warning tidak hanya menyebabkan perubahan iklim yang drastic. Melainkan dampak pada global warning adalah adanya kemungkinan anda tidak akan bisa menikmati coklat lagi.

Kabarnya pemanasana global akan memusnahkan coklat dalam 30 tahun. Tanaman kakao ini hanya bisa tumbuh pada iklim tertentu. Tumbuhan yang diperlukan kakao adalah lingkungan yang spesifik dengan kelembapan tinggi dan curah hujan yang melimpah. Maka dari itu jika pemanasan global ini terus terjadi tanaman kakao akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dari iklim yang berubah dalam beberapa decade ke depan.

Coklat yang ditanam dengan ketinggian di atas 800 meter dari permukaan laut dan ada yang di atas 1200 mdpl. Penelitian menyebutkan bahwa temperature coklat ideal bagi tanaman kakao yaitu 30 derajat Celcius, atau maksimum 32 derajat Celcius. Di setiap temperature tinggi dalam kurun waktu yang panajang akan berpengaruh terhadap bobot biji.

 Menurut kabar Daily Mail, para ahli memprediksi dunia akan kehabisan coklat dalam waktu 40 tahun. Hal ini dikarenakan sekarang tanaman coklat tengah berjuang tumbuh di suhu yang lebih panas dari sebelumnya.

Coklat merupakan bahan makanan yang sudah sangat umum digunakan. Bisa dibayangkan jika coklat benar-benar hilang, bagaimana rasanya jika hidup tanpa ice cream coklat, cake coklat hingga saus coklat?

Pada 2050, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, suhu yang terus naik akan membuat cokelat di kedua negara tersebut mesti ditanam lebih tinggi di atas bukit atau gunung.

Namun terdapat laporan dari Business Insider, baru -- baru ini, situasi coklat akan lebih menantang dalam beberapa dekade mendatang mengingat perubahan iklim yang beresiko. Menurutnya, lebih dari separuh pasukan cokelat dunia saat ini datang dari dua negara asal Afrika Barat, Cote d'Ivoire dan Ghana. Namun, kedua negara tersebut ditengarai takkan lagi cocok untuk tanaman cokelat dalam beberapa dekade mendatang.

Dilansir dari CNNIndonesia, sejumlah penelitian mengeksplor lebih jauh dengan alat penyukting gen populer CRISPR untuk mempertahankan tamanan agar bisa bertahan hidup di suatu iklim yang ada.

Dalam penelitain ini, para penelitian bekerjasama dengan perusahaan coklat Mars (yang memproduksi snickers). Di bawah pengawasan Myeong-Je Cho, direktur plant genomics, biji cokelat yang disimpan dalam gelas kaca diyakinkan akan bertansformasi. Jika penelitian berjalan lancar, biji cokelat akan mampu bertahan hidup dalam iklim hangat dan kering, yang bisa jadi harapan untuk para petani cokelat global.

Pada teknologi CRISPR ini juga pernah dilakukan untuk tanaman lain agar lebih murah dan terjangkau. Namun teknologi sangat diharapkan mampu mengatasi persoalan pada penanaman kakao pada perubahan iklim.

Suatu penelitian berjudul 'Destruction by Chocolate', konsumsi cokelat di Barat rata-rata menghabiskan 286 batang cokelat per tahun. Dan jenis cokelat paling banyak yakni berasal dari Belgia. Sementara untuk menghasilkan 286 batang cokelat diperlukan 10 pohon kakao.

Pohon ini akan kehilangan kelembapan karena cuaca panas ekstrem. Mengutip Metro, stok produksi cokelat di tahun lalu diprediksi mengalami defisit karena konsumsi berlebihan. Selain itu, para produsen juga harus 'megap-megap' memenuhi permintaan. Pemanasan global ini akan menyebabkan defisit 100 ribu ton cokelat per tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun