Mohon tunggu...
Balggys Mae
Balggys Mae Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Biaya Kesehatan untuk Perokok Habiskan Ratusan Triliun

24 November 2017   13:42 Diperbarui: 24 November 2017   14:19 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.brilio.net

Rokok dapat dikaitkan dengan biang atas munculnya berbagai macam penyakit. Penyakit itu mulai dari jantung, kanker, stroke hingga gangguan kesuburan pada wanita. Kerugian tersebut diderita dari segi kesehatan. Namun bagaiamana dengan biaya untuk kesehatan yang di keluarkan untuk pengguna rokok?

Kementrian Kesehatan melakukan sebuah penelitian bahwa selama ini pengobatan untuk sekian penyakit akibat rokok dapat dikaitkan cukup tinggi.

Saat Soewarta Kosen dari Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI presentasi mengenai Nilai ekonomi dan kesehatan tembakau di Indonesia di Aula Siwabessy, Kemenkes, Jakarta Selatan, mengomentari bahwa Jika ditotal kerugian ekonomi pada 2015 untuk biaya kesehatan sebesar Rp596,61 triliun.

Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI telah menghitung besar biaya berasal dari komponen baiaya belanja rokok. Hitungan ini belum termasuk data mengenai biaya layanan kesehatan tidak langsung sehingga data belum dapat digabungkan begitu kata Soewarta. Disability Adjusted Life Years (DALYs) atau Hilangnya Tahun Produktif, dan total belanja karena penyakit yang timbul akibat tembakau. Total biaya ini dapat dihitung dari layanan kesehetan langsung. Seperti yang dilansir CNNIndonesia.

Dirinya menambahkan bahwa beban ekonomi sebenarnya lebih rendah dari rill karena belum memperhitungkan biaya tidak langsung selama pengobatan contohnya seperti biaya transpotasi dan waktu produktif keluarga.

Seperti yang dilansir dari Kementrian Kesehatan dari sebuah laporan penelitian pada 2015, konsumsi rokok rata-rata orang per hari yaitu 12,3 batang atau 369 per bulan. Jika harga pokok per batang Rp700, maka belanja rokok per kapitaper bulan sebesar Rp258.500 atau setahun sebesar Rp3.099.600. Bagi perokok aktif sebesar Rp36,3 persen dari total jumlah perokok aktif dikaliRp3.099.600 ialah Rp208,8 triliun.

Disability Adjusted Life Years (DALYs) menunjukan terdapat 8.558.601 DALYs, disebabkan oleh tembakau dapat kehilangan tahun produktif karena morbiditas, disabilitas dan kematian dini yang disebabkan oleh tembakau. Dari akibatnya tembakau terdapat 33 penyakit yang timbul aneka kanker, TBC, diabetes, dan asma.

Biaya rawat inap untu kesehatan mengambil dari data Asuransi Kesehatan Nasioanl pada RS kelas B pada2015 sebesar Rp 13.6 triliun. Sedang dengan biaya rawat jalan asumsi satu kunjungan per kasus sebesar Rp53,4 miliar, begitu menurut Soewarto. Tetapi IMF mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar US$3,362 atau Rp43.706.000. Jadi jika dihitung maka kerugian makroekonomi sebesar US$28,7 miliar atau Rp374,06 triliun.

Perlu ada penajaman

Soal Soewarta yang menghitung total kerugian ekonomi akibat tembakau atau rokok cukup fantastis dan mengundang sorotan dari Profesor Ascobat Gani dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

"PDB terdiri dari beberapa komponen yakni Consumption (pengeluaran rumah tangga), Government (pengeluaran pemerintah), Investment (pengeluaran investasi), Export (ekspor) dan Import (import). Pada riset Soewarto, ia menggunakan total PDB sebesar US$3,362, padahal dalam angka ini mencakup seluruh komponen PDB," jelas Profesor Ascobat Gani.

Menurut Profesor Ascobat pada CNNIndonesia.com usai peluncuran buku "Health and Economics Costs of Tobacco in Indonesia" di Aula Siwabessy, gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, padahal kita hanya ingin menghitung Consumption-nya, pengeluaran rumah tangganya. Dan kalau dilihat juga menurut data dari Kementerian Keuangan kita, kira-kira belanja rumah tangga itu sebesar 73,9 persen dari total PDB.

Menurutnya ada selisih cukup besar, tapi memang bukan berarti kita anggap angka pengeluarannya jadi kecil. Namun hal ini perlu jadi perhatian. Apabila dihitung, 73,9 persen dari US$3.362 ialah US$2.484. Kemudian angka ini dikalikan DALYs sehingga kerugian makroekonomi sebesar Rp276 trilyun.

Pada sisi lain merokok merupuakan keputusan individu. Pemerintah juga melakukan pencegahan dengan berbagai cara atau jurus demi mengurangi jumlah perokok. Tetapi semua itu percuma merokok keputusan masing-masing. Perlu adanaya riset dengan pendekatan sosiologis, psikologis dan kultural.

Jadi apa penyebab orang merokok? Hal ini perlu dilihat dari segi sosiologi apakah merokok karena kebutuhan komunitas atau seseorang diterima dalam kelompok saat diriya merokok, atau memang itu terjadi pada lingkungan mereka masing-masing.


Berbagai macam sisi alasanya, jika hal ini terjadi pada sisi psikologis, orang akan lebih produktif saat merokok atau menemukan ketenangan bersama asap rokok.

Sedangkan pada sisi kultural ada cultural bound di mana merokok adalah bagian dari budaya. Tidak merokok sama saja bukan bagian dari komunitas budaya tersebut.

Dirinya menegaskan bahwa, jika kita menemukan hal-hal yang membuat orang memutuskan untuk merokok maupun hal-hal yang membuat orang berhenti merokok maka barulah bisa diformulasikan intervensi apa yang baiknya dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun