Tempat ini lalu dikenal luas dengan nama Oenaleta (tempat penunjuk air). Dalam perkembangan selanjutnya nama Oenaleta lebih dikenal dengan Oeleta.
Dulu, Oeleta dipimpin oleh Temukung Tossi Nakaf (1930-1955) yang kemudian diganti oleh Temukung Piter Banobe (1958-1971). Pada tahun 1976, terjadi penggabungan wilayah antara Pankase dan Oeleta menjadi Desa Penkase dengan Abraham Baitanu selaku kepala desa pertamanya.
Tahun 1961-1963, Desa Penkase bergabung dengan Desa Alak yang kemudian dalam perjalanan waktu beralih status menjadi kelurahan Alak. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang No. 02 Tahun 2010 tentang pemekaran wilayah kelurahan, maka pada tanggal 12 Agustus 2010 terbentuklah Kelurahan Penkase Oeleta.
Adapun suku-suku yang mendiami wilayah Kelurahan Penkase Oeleta adalah sebagai berikut; Taleu Lasa, Taleu Nakmofa, Taleu Ne'Bani, Taleu Nesaf, Taleu Makelab, Taleu Bananis.Â
Meski berada tidak jauh dari pusat keramaian kota, warga Kelurahan Penkase Oeleta hingga kini masih meneruskan tradisi warisan leluhur seperti acara peminangan, trang kampung, natonis, Hering/bonet dan ritual tahunan pembersihan sumur untuk meminta turunnya hujan.
Kupang, 24 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H