Mohon tunggu...
Baldus Sae
Baldus Sae Mohon Tunggu... Penulis - Dekonstruktionis Jalang

Pemuda kampung. Tutor FIlsafat di Superprof. Jurnalis dan Blogger. Eks Field Education Consultant Ruangguru. Alumnus Filsafat Unwira. Bisa dihubungi via E-mail baldussae94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

A.G.H. NETTI Teladan Sastrawan Dunia dan Teladan Literasi NTT

28 Agustus 2017   23:18 Diperbarui: 28 Agustus 2017   23:59 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sastra amat penting untuk kemajuan moral, karena sastra member kontribusi untuk memperluas imajinasi moral. Sastra membuat kita lebih peka dengan cara memperdalam pemahaman kita tentang motivasi-motivasi dan tentang perbedaan-perbedaan di antara sesame manusia (Baghi,2014:8). Begitulah keyakinan Richard Rorty, seorang filsuf pragmatis-kontemporer. Pada dasarnya, karya sastra itu tidak pernah berupa khayalan murni seorang sastrawan, bukan pula sebuah kisah historis murni. Namun harus diakui bahwa karya sastra adalah salinan dari realitas sosial, terutama realitas ketidakberesan sosial. Sastrawanlah yang bertugas menyalinnya ke dalam karya sastra, guna membangun suatu kesadaran dalam masyarakat atas ketidakberesan itu (Jegalus, 2012:3).

Sebagai seorang sastrawan asal NTT, A.G.H. Netti telah mengabdikan diri seutuhnya untuk dunia sastra. Seruan profetiknya sebagai seorang nabi sastra sungguh terasa melalui sejumlah karya yang dihasilkan. Sejak tahun 1985 hingga sekarang, Netti tak henti-hentinya menulis artikel opini berupa telaah dan kritik sastra dan budaya untuk berbagai surat kabar dan majalah, diantaranya Kupang Pos, Nusa Tenggara, Pos Kupang, NTT Express, Timor Express, SKM Dian, Asas, Majalah Busos, Bahana, Oikumene PGI dan lain sebagainya.

Beberapa judul buku bidang telaah dan kritik sastra dan budaya yang telah diterbitkannya antara lain; Kristen dalam Sastra Indonesia, Sajak-sajak Chairil Anwar dalam Kontemplasi, Vibrasi Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan Vibrasi Eksistensi Bangsa Indonesia, dan Kupang dari Masa ke Masa (Sehandi, 2012:43). Namun sayang tidak banyak orang NTT yang mengenalnya, apalagi membaca karya-karyanya. Pada usia senjanya kini, Netti masih terus menekuni bidang sastra dan budaya lewat membaca dan merenung. Beliau terus menulis buku dari hasil membaca dan merenungnya.

Dalam dunia sastra, intensitas dan orisinalitas bersastra merupakan syarat utama. Dengan memperhatikan syarat ini barulah seseorang akan digolongkan sebagai author -- papan atas di atas writer.A.G.H.Netti merupakan putra daerah NTT yang tercatat sebagai Author Booker Worm.com: The Home of Great Writing. Karya sastranya tercatat di WorldCat Identities dan Virtual International Authority File (VIAF). Profilnya tercatat pada halaman Author Profile BookerWorm.com, berurutan dengan profil Authors dunia lainnya, seperti Charles Dickens, William Shakespeare, Khalil Gibran, Martin Luther, Karl Barth, Armando Salvatore, Jean-Paul Sarte, George R.R Martin, Valentin Bragin dan sebagainya. (bianglalahayyom.blogspot.com)

MenempatkanA.G.H. Netti sebagai tokoh teladan tentu punya alasan sangat mendasar. Selain telah mengangkat dan mengharumkan nama daerah NTT di papan atas authorship dunia, di tengah gencarnya upaya pemerintah membumikan budaya literasi, dan rendahnya peradaban membaca serta menulis di NTT, A.G.H. Netti hadir member teladan. Dalam perjalanan karirnya sebagai sastrawan, jelas bahwaA.G.H. Netti mengajar dan mendidik budaya literasi dengan bukti, bukan janji. Apa yang dibaca dan telah ditulis dan dipublikasikannya bagi generasi penerus NTT menjawab kegelisahan bangsa Indonesia tentang rendahnya minat membaca dan menulis.

Keteladanan AGH Netti terletak pada kemauannya yang kuat untuk senantiasa menulis sembari menjaga orisinalitas karya dan intensitas penulisan. Padahal jika kita menelisik data biografinya dalam buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (Sehandi, 2012), AGH Netti hanyalah lulusan SMA. Sebagaimana dikatakannya dalam kesaksiannya tentang Gerson Poyk pada malam sebelum pemakaman sang maestro, beliau hanyalah orang kecil dan terpencil. Sekolahnya tidak tinggi, tapi toh mampu mengharumkan nama NTT di level papan atas authorship dunia. Semuanya hanya karena kemauan dan kerja kerasnya untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Beliau adalah sosok yang patut diteladani dalam dunia literasi NTT.

Membangun NTT tentu tidak tanpa kemauan dan kerja keras sebagaimana telah dilakukan AGH Netti. Memang dunia sastra sebagaimana dikatakan Rorty, membuatkitalebihpekaterhadap perbedaan-perbedaan di antarasesamamanusia. Memperluas imajinasi moral kita dan dengan demikian menyalin realitas ketidakberesan sosial guna membangunkan kesadaran masyarakat akan situasi tersebut. Namun demikian, patut diakui bahwa sastra bukan satu-satunya jalan untuk membangun NTT. Sastra hanyalah salah satu jalan saja. Meski demikian, kita bisa mengambil spirit dari sastrawan kelas dunia asal NTT ini. Sekali lagi, dibutuhkan kemauan dan kerja keras semua pihak dalam membangun NTT.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun