Negara:Â Tiongkok, Malaysia
Sutradara: Ryon Lee
Pemain: Sushar Manaying, Leon Li Chuan, Teddy Chin, Azman Hassan
Menunggu horor Asia, khususnya Tiongkok dan Malaysia, memang tidak secepat horor Indonesia yang rilis hampir seminggu sekali. Terakhir saya nonton horor Malaysia di bioskop adalah saat film Munafik (2016) yang fenomenal itu diimpor ke sini, saya menontonnya di bioskop yang sama dengan semalam, CGV Grand Indonesia.
Saya beruntung mendapat kesempatan menghadiri pemutaran Haunted Hotel lebih dulu sebelum tanggal rilisnya karena selain bisa menikmati teror hotel berhantu duluan, saya menontonnya di kelas Gold yang sangat nyaman dan diberikan sebuah 'tameng' berbentuk bantal yang saya gunakan untuk menutup mata saat hantunya muncul. Hehehe.
Ling yang inderanya lebih peka terhadap hal-hal gaib merasa sangat terganggu dengan banyak keganjilan di hotel itu, sedangkan Jun tidak merasakan apa pun. Singkat cerita, setelah keluar dari hotel itu, mobil mereka mogok karena kehabisan bensin. Lalu, Jun seperti hilang ditelan bumi dan tidak ada cacatan dirinya di imigrasi, membuat Ling seperti orang gila yang mencarinya ke mana-mana.
Di awal, Haunted Hotel begitu efektif menyajikan suasana mencekam di dalam hotel sepi nan berhantu, terutama saat adegan lift. Lift berhenti di semua lantai, pintu terbuka seolah-olah ada pengunjung lain yang masuk, tapi ternyata hanya Ling dan Jun yang terlihat. Namun, Ryon Lee sepertinya tidak punya cara lain untuk mengajak penonton berkeliling hotel selain menumpulkan logika yang bikin penonton gemas.
Tengah malam, Ling yang sok berani keluar kamar dan mencari Jun yang ternyata sedang mencari sinyal di lantai lain. Saya berani mengatakan Ling sok berani karena dia selalu menghampiri wanita-wanita berambut panjang dan berdaster putih yang gerak-geriknya aneh, kita semua pasti tahu kalau mereka ini hantu, tapi tetap saja Ling mengambil risiko yang tidak perlu dengan menegur mereka yang akhirnya membuat Ling lari terbirit-birit juga. Apa perlu formula film horor seperti ini terus?
Saya mulai semangat lagi saat Ling flashback, menjaga tasnya yang berisi uang, dan saya mulai mengerti pesan yang ingin disampaikan film ini: rasa bersalah akan menghantuimu kemana-mana. Pikiran Ling sudah terproyeksi dengan orang-orang dan hal-hal yang dilihat dan didengarnya sejak ia menginjakkan kaki di Malaysia, lalu ia menciptakan pikirannya yang baru dengan Jun sebagai penambah kebahagiaannya. Saya akan lebih simpatik jika filmnya berakhir sampai sini, tidak perlu ditambah hipnotis dan sepupu Ling yang entah darimana munculnya.