Popper sangat menginspirasi para sosiolog atau peneliti ilmu sosial, yang berusaha menerapkan prinsip-prinsipnya (falsifiability) pada ilmu-ilmu sosial. Memang, cita-cita rasionalis Popper menawarkan alternatif terhadap polarisasi antara positivisme radikal (menetapkan keunggulan "fakta mentah", sehingga merugikan teori) dan relativisme yang mempertanyakan kemungkinan objektivitas, pengetahuan objektif, dalam Ilmu Sosial. Hal ini memungkinkan adanya kritik terhadap induktivisme positivis sambil mengusulkan kriteria keilmuan yang didasarkan pada empiris, sehingga melawan godaan yang murni spekulatif atau benar-benar teoretis, sebuah pintu terbuka bagi "nabi palsu". Yang terpenting, teori Popper merupakan penghalang kuat terhadap subjektivisme, yang dalam ilmu sosial selalu mengancam validitas penelitian.
Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa banyak prinsip yang mendasari teori Popper ditemukan pada filsuf sains Prancis lainnya, termasuk Bachelard, yang telah menginspirasi banyak sosiolog. Lebih jauh lagi, visi Popperian tentang ilmu-ilmu sosial adalah sebuah monisme epistemologis, yang menempatkan kriteria penilaian keilmuan ilmu-ilmu sosial di bawah kriteria penilaian ilmu-ilmu alam. Namun, monisme adalah postur epistemologis yang mendominasi semua ilmu sosial sejak penciptaannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI