Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Empat Kebenaran Mulia Buddha

26 Februari 2024   21:43 Diperbarui: 27 Februari 2024   10:13 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat Buddhis membahas isu-isu seperti saling ketergantungan, relativitas, dan kausalitas. Ini menyajikan sistem penalaran yang rumit, berdasarkan teori dan argumentasi himpunan, yang membantu kita memahami proyeksi otak kita yang salah.  Etika Buddhis didasarkan pada apa yang bermanfaat dan apa yang merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Apakah kita orang yang beriman atau agnostik, apakah kita percaya pada Tuhan atau karma, semua orang bisa menjalankan etika moral(Dalai Lama ke-14).   Hal ini mencakup penghayatan dan pengembangan nilai-nilai dasar kemanusiaan yaitu kebaikan, kejujuran, kemurahan hati dan kesabaran, serta berusaha semaksimal mungkin untuk tidak merugikan orang lain.

Agama Buddha membahas topik-topik seperti karma, kehidupan masa lalu dan masa depan, proses kelahiran kembali, pembebasan dari kelahiran kembali, dan pencapaian pencerahan. Ini mencakup praktik seperti nyanyian, meditasi, dan doa. Tidak ada kitab suci tunggal dalam agama Buddha, seperti "Kitab Buddha", karena setiap tradisi memiliki teksnya sendiri berdasarkan ajaran inti.

Orang bisa berdoa kapan saja dan di mana saja, meski banyak yang memilih melakukannya di kuil atau di tempat suci di rumah mereka. Tujuan berdoa bukan untuk mengabulkan keinginan, tapi untuk membangkitkan kekuatan batin, kebijaksanaan dan kasih sayang.

Tidak ada peraturan mengenai pola makan, namun sebagian besar guru mendorong murid-muridnya untuk menjadi vegetarian sebanyak mungkin, dan Sang Buddha juga memerintahkan para pengikutnya untuk tidak minum alkohol atau menggunakan narkoba. Pelatihan Buddhis bertujuan untuk mengembangkan perhatian dan disiplin diri, yang biasanya hilang saat kita mabuk atau mabuk.

Agama Buddha memiliki tradisi meditasi yang terdiri dari para biksu dan biksuni, yang mengucapkan ratusan sumpah termasuk selibat mutlak. Mereka mencukur rambut, mengenakan jubah, dan hidup dalam komunitas sederhana di mana mereka mengabdikan hidup mereka untuk belajar, meditasi, berdoa, dan melakukan upacara untuk komunitas umum. Saat ini, banyak umat awam mempelajari agama Buddha dan berlatih di pusat-pusat agama Buddha.

Agama Buddha terbuka untuk semua manusia. Manusia seperti kita, Sang Buddha melihat realitas bagaimana kita sebenarnya ada, mengatasi segala kekurangan kita dan menyadari potensi kita sepenuhnya; Dalam agama Buddha kita menyebutnya "pencerahan". Buddha tidak bisa begitu saja melambaikan tangannya dan menyelesaikan semua masalah kita. Sebaliknya, mereka menunjukkan kepada kita jalan yang bisa kita ikuti untuk membebaskan diri dari permasalahan hidup dan mengembangkan kualitas pikiran kita yang baik -- cinta, kasih sayang, kemurahan hati, kebijaksanaan dan banyak lagi.

Ajaran tentang cara mengembangkan kualitas-kualitas ini terbuka untuk semua orang tanpa memandang latar belakang budaya atau agama. Ajaran Buddha tidak percaya pada Tuhan atau dewa, namun hanya meminta kita untuk mengkaji ajaran seolah-olah kita sedang membeli sesuatu yang bernilai nyata. 

Oleh karena itu, kita menghargai esensi ajaran Buddha  moralitas, kasih sayang/welas asih  dan kebijaksanaan  secara alami kita menghindari tindakan yang membahayakan diri kita sendiri dan orang lain dan secara aktif terlibat dalam tindakan positif. Hal ini hanya dapat membawa kita pada apa yang dirindukan masing-masing: kebahagiaan dan kesejahteraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun