Penghinaan Terhadap Norma Sosial. Diogenes dari Sinope dikenal karena perilakunya yang meremehkan nilai-nilai tradisional dan norma-norma konvensional masyarakat. Dia menolak adat istiadat dan ekspektasi sosial, melakukan upaya sadar untuk menjalani kehidupan yang tidak konvensional. Baginya, harta benda tidak ada nilainya dia sering berkeliling Athena untuk mencari kebenaran hanya dengan membawa tongkat dan mangkuk di tangan. Rutinitas sehari-harinya terdiri dari tidur di bawah bintang-bintang atau di bangku-bangku umum, mengemis makanan dari warga kaya, dan di depan umum mengejek orang-orang yang menganggap kekayaan sebagai tanda kesuksesan. Diogenes kurang menghormati otoritas, menolak tunduk di hadapan raja atau mengikuti aturan masyarakat yang dianggapnya tidak perlu; sebaliknya, dia memilih untuk menantang mereka bila memungkinkan.
Sikap menghina ini melampaui orang-orang di sekitarnya; itu juga berlaku pada dirinya sendiri. Untuk membuktikan seseorang dapat merasa puas dengan tatanan hidup minimalis, ia tinggal di dalam tong dan tempat penampungan sementara lainnya, apa pun kondisi cuaca atau lokasinya. Rasa kebebasan ini memberinya reputasi yang hampir mistis di kalangan orang Athena; mereka melihatnya sebagai seorang pria yang cita-citanya hanya dibatasi oleh imajinasi dan kemauannya.. Dia menolak untuk mengikuti apa yang diyakini orang lain sebagai perilaku 'normal' sesuatu yang dianggap mengagumkan sekaligus menakutkan oleh banyak orang.
Dugaan Pertemuan Dengan Alexander Yang Agung. Dikatakan Diogenes dari Sinope bertemu dengan Alexander Agung di Korintus. Menurut beberapa catatan, Alexander tertarik dengan laporan tentang seorang pria yang menjalani kehidupan keras dan mencari Diogenes sendiri. Ketika dia menemukannya tinggal di dalam tong di luar tembok kota, dilaporkan Alexander bertanya apakah ada yang bisa dia lakukan untuk Diogenes. Terhadap hal ini sang filsuf menjawab, 'Ya, minggirlah; kamu menghalangi matahariku. Meskipun kisah tersebut mungkin diragukan, ada satu hal yang pasti: Reputasi kaum sinis sebagai pengkritik konvensi telah menjangkau jauh melampaui negara asalnya, Sinope.
Kedua pria tersebut diduga saling bertukar pikiran tentang pandangan hidup mereka yang berbeda dengan Alexander terkesan tetapi juga gelisah dengan keberanian Diogenes. Pertemuan antara dua tokoh terkenal tersebut tetap menjadi bagian dari warisan kedua pria tersebut hingga saat ini meskipun sifat pastinya terus diperdebatkan di kalangan peneliti.
Kesediaan Diogenes untuk menantang otoritas yang sudah mapan membuatnya menjadi sosok yang dihormati di seluruh Yunani tidak hanya selama masa hidupnya, namun masih diingat berabad-abad kemudian ketika filsafat Yunani kuno lainnya sudah mulai menghilang. Dengan menolak gagasan tentang kekayaan dan kekuasaan yang terkait dengan bentuk-bentuk kesuksesan tradisional, ia memberikan contoh yang kuat bagi mereka yang mencari alternatif terhadap norma-norma yang berlaku. Warisannya bertahan hingga hari ini di kalangan orang-orang sinis dan skeptis yang terus mempertanyakan otoritas dan memperjuangkan kebebasan individu dibandingkan konvensi masyarakat.
Warisan Dan Pengaruh, Diogenes dari Sinope paling dikenang sebagai bapak Sinisme. Kehidupan dan ajarannya mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap pemikiran modern, khususnya dalam bidang filsafat. Dia adalah seorang pendukung kebajikan, kemandirian dan hidup sederhana untuk menemukan kebahagiaan sejati. Berikut lima pengaruh warisannya terhadap kita saat ini: Fokus Diogenes pada otonomi individu atas struktur sosial eksternal telah diadopsi oleh banyak filsuf modern.Â
Konsep sinisme, yang berasal dari aliran pemikiran Diogenes, tetap populer di kalangan mereka yang menghargai kejujuran, realisme, dan mempertanyakan tradisi. Penekanannya pada penolakan kepemilikan materi sebagai sumber kepuasan masih relevan dalam masyarakat konsumeris. Diogenes mengajarkan kebajikan harus dipraktikkan meskipun hal tersebut bertentangan dengan norma-norma masyarakat gagasan ini memperkuat pentingnya pembangkangan sipil dan menentang ketidakadilan. Terakhir, ia berpendapat kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari dalam diri sendiri; hal ini masih dianggap sebagai landasan keyakinan dalam banyak wacana filosofis kontemporer tentang sifat dan moralitas manusia.
Berbagai aspek pengaruh Diogenes ini menunjukkan relevansinya yang bertahan lama selama berabad-abad. Gagasan tentang kebahagiaan dan kebajikan tetap menjadi yang terdepan dalam perbincangan filosofis modern -- sebagian besar disebabkan oleh karya perintis yang dilakukan oleh Diogenes sendiri.
Gagasan Tentang Kebahagiaan Dan Kebajikan. Diogenes dari Sinope adalah seorang filsuf yang percaya kebahagiaan dan kebajikan hanya dapat dicapai melalui disiplin diri dan hidup sederhana. Ide-idenya dianggap radikal pada saat itu, namun tetap relevan hingga saat ini. Dia melihat banyak ritual dan kepercayaan di masyarakatnya sebagai gangguan dari pemahaman sebenarnya tentang apa artinya menjadi bahagia.
Bagi Diogenes, kesederhanaan adalah kuncinya. Dia menganjurkan untuk menghilangkan semua kepura-puraan, materi, dan bahkan emosi ketika mempertimbangkan tujuan hidup. Gagasan ini selaras dengan mereka yang mencari nasihat filosofis tentang cara meningkatkan kehidupan mereka dengan melihat ke dalam diri mereka sendiri dan bukan mengandalkan sumber-sumber eksternal seperti kekayaan atau kekuasaan. Baginya, kebahagiaan datang dari dalam diri sendiri dan bukan dari pengaruh luar sebuah konsep yang masih diterima secara luas hingga saat ini.
Aliran Sinis memberikan perhatian pada pentingnya moralitas dibandingkan materialisme untuk mencapai kedamaian dan kepuasan dalam hidup. Meskipun tidak semua orang menganut filosofi ini dulu atau sekarang, karya Diogenes dianggap sebagai kontribusi penting bagi pemikiran Yunani kuno dan terus mempengaruhi para filsuf modern.