Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Diogenes, dan Sinisme (12)

22 Januari 2024   13:46 Diperbarui: 22 Januari 2024   13:46 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diogenes dan Sinisme (12)

Diogenes dari Sinope dikenang karena peran perintisnya dalam munculnya Sinisme, sebuah aliran filsafat Yunani kuno yang menekankan pada menjalani hidup secara sederhana dan menolak semua harta benda. Biasa disebut sebagai Anjing karena ia bertindak seperti anjing liar selama perjalanannya, Diogenes dikenal karena gaya hidupnya yang khas yaitu kemiskinan dan kemandirian. Ajarannya membawanya menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam gerakan Sinis.

Kekuatan pendorong utama di balik Sinisme Diogenes adalah skeptisisme -- mempertanyakan otoritas dan institusi yang bertentangan dengan keyakinannya. Dia menolak konvensi seperti pendidikan, kekayaan, struktur keluarga, peraturan pemerintah dan segala bentuk norma masyarakat lainnya. Akibatnya, Diogenes menolak makanan dari kuil atau dana negara, malah memilih mengemis atau mengais rezeki. Penolakan ini berasal dari apa yang diyakini sebagai bentuk kebajikan Socrates mengakui kebajikan melalui tanggung jawab pribadi daripada mengandalkan struktur atau otoritas yang sudah mapan.

Dilihat dari relevansinya saat ini, ada beberapa aspek Sinisme yang masih terlihat di masyarakat modern. Untuk menyebutkan tiga saja: Sebuah seruan untuk kesederhanaan, Pengawasan terhadap kekuasaan yang dilembagakan, Penekanan pada keadilan dan keadilan sosial.

Pada intinya, hal ini mendorong individu untuk menantang diri mereka sendiri dengan mencari kebenaran secara mandiri tanpa bimbingan atau kendali eksternal. Meskipun telah meninggal berabad-abad yang lalu, banyak elemen ajaran Diogenes yang masih dapat diterapkan hingga saat ini ketika masyarakat berupaya menuju otonomi yang lebih besar dan kebebasan dari sistem yang menindas. Saat kita beralih ke bagian berikutnya tentang penghinaan terhadap harta benda, jelas mengapa sikap ini membentuk pemikiran Diogenes dan terus membentuk pemikiran kita saat ini.

Menghina Harta Benda. Diogenes dari Sinope menjalani kehidupan yang jauh dari materialisme dan harta benda. Penghinaannya yang ekstrim terhadap harta benda hampir melegenda, bahkan ada yang menyebutnya 'supernatural'. Dia tidak berpikir untuk membuang semua harta benda duniawinya demi mengejar kehidupan yang tidak terbebani -- kehidupan yang bebas dari kewajiban atau keterikatan apa pun terhadap dunia fisik.

Penghinaan yang dirasakan Diogenes terhadap materialisme terlihat jelas dalam banyak cerita tentang dirinya. Misalnya, ketika ditanya mengapa ia memilih untuk membuang mangkuknya, ia menjawab dengan blak-blakan: Saya membuangnya karena tidak ada gunanya. Pernyataan ini saja sudah menjelaskan banyak hal mengenai sikapnya terhadap kepemilikan materi; segala sesuatu yang tidak sesuai dengan tujuannya tidak mendapat tempat dalam kehidupan Diogenes. Terlebih lagi, setiap kali orang menawarinya hadiah seperti pakaian atau makanan, dia sering kali menolaknya tanpa ragu jika dianggap berlebihan.

Penolakan terhadap materialisme juga tercermin dalam cara Diogenes menjalani kehidupan sehari-hari; alih-alih mencari kenyamanan dan kesenangan melalui kekayaan, ia berfokus pada menemukan kepuasan dalam dirinya dengan hidup sederhana dan merangkul alam sepenuhnya. Dia mungkin meremehkan benda-benda duniawi tetapi pada akhirnya berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran Alam. Hidup Sesuai Dengan Alam. Diogenes dari Sinope adalah seorang filsuf Sinis yang hidup pada abad ke-4 SM Yunani. Ia terkenal karena anjurannya untuk hidup sesuai dengan alam, dan penerapan gaya hidup pertapa sebagai jalan menuju kebajikan. Filosofi ini dicirikan oleh kesederhanaannya, termasuk penghinaan terhadap harta benda, norma-norma sosial, dan konvensi.

Bagi Diogenes, hidup harus dijalani secara sederhana, tanpa keterikatan atau keinginan melebihi apa yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makanan, pakaian dan tempat tinggal. Untuk itu, ia terkenal memilih untuk tinggal di dalam toples keramik besar yang terletak di pelabuhan Piraeus Roma di mana ia dapat lebih mudah mengamati orang-orang yang lewat yang sering ia kritik karena kurangnya kebajikan. Tujuan utamanya adalah mengembalikan masyarakat ke kondisi alaminya dengan menolak semua kepura-puraan dan kesombongan yang terkait dengan kekayaan dan hak istimewa.

Diogenes Mencari Orang yang Jujur . Inti ajaran Diogenes dapat diringkas dalam pepatahnya Hidup sesuai Alam. Baginya, hal ini berarti memercayai naluri seseorang dibandingkan ekspektasi masyarakat; bersikap jujur terhadap diri sendiri daripada bersembunyi di balik penampilan palsu; kepuasan terhadap kebutuhan dasar dibandingkan menginginkan kemewahan; dan menghormati orang lain tanpa memandang statusnya. Dengan menganut prinsip-prinsip ini diyakini kebebasan sejati dapat dicapai baik secara fisik maupun mental sekaligus memungkinkan individu mencapai kemajuan moral untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dengan pemahaman ini Diogenes berusaha merevolusi cara umat manusia memandang moralitas melalui penolakannya terhadap adat istiadat kontemporer sambil mempromosikan kasih sayang dan kemandirian di antara orang-orang di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun