Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anjing

6 Januari 2024   17:34 Diperbarui: 6 Januari 2024   17:43 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seekor anjing hanya memiliki satu tujuan dalam hidupnya -
memberikan hatinya.
Kita tidak harus mendapatkan kepercayaan dan persahabatannya -
dia terlahir sebagai teman kita dan percaya pada kita bahkan
ketika matanya tertutup.

Anjing rantai tua
Aku sendirian, ini sudah malam dan di dalam rumah sepi.
Api menyala di sana, tuanku beristirahat di sana.
Dia berbaring di ranjang bulu yang hangat, menutupi dirinya hingga telinga
dan menjaga kedamaiannya di ranjang keras saya.
Malam dingin, aku tidak bisa tidur, angin dari timur berhembus dingin.


Hawa dingin merayapi tulang-tulangku, aku sudah tua.
Aku tidak lagi hidup untuk melihat gubuk yang dijanjikan tuanku.
Hujan menetes melalui atap yang lapuk,
tidak ada lagi jerami.


Malam dingin, rasa lapar menyiksa,
tak ada yang mendengar rintihanku.
Dan jika tuanku tahu apa yang aku lewatkan,
dia tidak suka diganggu.
Malam panjang,
aku menjilat mangkuk itu untuk yang kesepuluh kalinya.
aku menggali tulang yang baru-baru ini saya sembunyikan.

Rantai yang sudah diperbaiki berkali-kali
hanya menggesek leherku.
Itu hanya berlangsung sebentar
dan saya tidak akan pernah bisa menghilangkannya.
Saya tidak akan pernah belajar apa itu kebebasan,
tapi akhirnya aku slalu setia.
Jadi tidak berbohong, menunggu kematian, karena itu membebaskanku!

Tidak ada yang sama lagi.
Hidupku tidak lagi sama seperti
terakhir kali aku menatap mata indahmu.
Sepertinya kamu harus meninggalkanku terlalu cepat, dan
aku masih tidak percaya sampai hari ini.
Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku memanggil namamu,
namun rasa sakitnya tiada habisnya, kesedihannya mendalam.
Kamu memenuhi hatiku dengan sinar matahari dan kehangatan,
merasakan suka dan duka bersamaku.

Dan aku akan merindukanmu selamanya,
tidak ada dan tidak ada seorangpun yang dapat menghilangkan ingatanku.
Jiwamu yang tadinya penuh kepercayaan dan cinta tiada akhir,
kini hanya tinggal kenangan.
Dan saat aku melakukan perjalanan terakhirku suatu hari nanti,
aku berharap akhirnya bisa bertemu denganmu lagi.

Hari ini aku menemukan bagian dari surgamu,
hampir tidak ada orang yang mencintaiku seperti kamu.
aku berterima kasih atas waktu yang indah di bumi ini
dan ingatlah  kita akan bertemu lagi suatu hari nanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun