Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air

21 November 2023   16:43 Diperbarui: 21 November 2023   16:47 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air lembut mengalir bagai mayat
Mencabut padang rumput, dinding batu hitam
Tak lagi bernyanyi, ia menggerutu
Langit tak ada hubungannya dengan itu.

Kotoran mutiara dari ikan yang membusuk
Bau kematian menusuk sampai ke sumsum
Ketika direnungkan, Anda merasakannya tanpa alam
Itu toilet umum! dan bukan lagi bintang.

Demi uang,  air sungai-sungai mati
Tak ada lagi laut, tak ada lagi danau
tempat para pendosa bisa bergoyang dengan tenang.
Ada yang lebih dari sekedar sampah yang dibuang orang dalam jumlah besar!

Dan air mata  menangis seperti orang malang
Di tubuh membusuk yang tidak kita kenal lagi ini
Aku menangis seperti anak kecil sendirian di depan penonton
Yang tertawa melihatku sedih dan menganggap mereka cantik.

Tidak ada lagi air  laut, tidak ada lagi danau
Ada lebih banyak hal untuk direnungkan
Ada lebih dari sekedar manusia dan seringai mereka
Tidak ada lagi penyair yang bisa diimpikan
Keheningan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun