Namun yang terpenting, dan inilah alasan sebenarnya, Socrates malu dengan pidato yang dia sampaikan. Kita  ingat  dia bersikeras untuk berbicara kepada kepala yang berkerudung. Dia malu karena ucapan ini adalah kebodohan dan, dalam hal tertentu, ketidaksopanan (teks buku Republik, 242d). Kebodohan karena pidato ini, seperti pidato Lysias yang tesisnya yang kurang ajar yang ia ambil, bertentangan dengan kenyataan. Tidak sesuai dengan kenyataan wacana yang menyatakan ,  jika seseorang mempunyai kekasih, ia harus memberikan keutamaan kepada orang yang tidak 'tidak suka' (teks buku Republik 244a). Cinta bisa menjadi apa pun selain perasaan jahat yang digambarkan Socrates dan Lysias. Ini bisa berupa cinta dari seorang pria yang berkarakter mulia dan baik hati yang merupakan atau telah menjadi kekasih dari seseorang yang diberkahi dengan kualitas-kualitas serupa (teks buku Republik 243c) dan yang kemudian memberikan tontonan cinta yang layak bagi orang bebas (teks buku Republik 243c). Maka merupakan penghinaan nyata bagi Eros, dewa cinta, karena telah merendahkannya menjadi karikatur yang menyedihkan.
Pada awalnya tergoda untuk pergi, karena malu dengan pidato yang dibuat, Socrates berubah pikiran, di bawah desakan Phaedra untuk mempertahankannya, tetapi terutama atas saran dari  iblisnya, suara batin yang didengar Socrates meninggi. dalam dirinya ketika harus menghentikannya melakukan kesalahan.  Ketika saya hendak menyeberangi sungai, sinyal baik saya, sinyal ilahi, yang biasa saya terima, terwujud dalam diri saya  (242c).
Jadi Socrates memutuskan untuk berbicara lagi, tapi kali ini dengan wajah terbuka: `Sebelum dihukum karena telah berbicara buruk tentang  aros, saya akan mencoba menawarkan kepadanya palinody saya, kepala tidak tertutup dan tidak, karena saya baru saja sekarang, berkerudung, karena malu (teks buku Republik 243b). Palinody, yaitu wacana yang mengembangkan tesis yang sama sekali berlawanan dengan wacana sebelumnya.
Sebagai catatan, kita dapat menambahkan, dengan melakukan hal itu, Socrates mendapatkan kembali keunggulan atas Lysias dengan Phaedra. Pidato ini  bertujuan untuk menjauhkan Phaedra dari Lysias dengan menunjukkan kepadanya  dia tidak mengharapkan apa pun dari orang yang mengaku menaklukkannya dengan mengatakan kepadanya  dia tidak menyukainya, dan untuk membawanya lebih dekat ke Socrates. Di sinilah Phaedra sangat dekat denganmu, sangat dekat denganmu, selalu di sisimu, kapan pun kamu mau (teks buku Republik 243), seperti yang dia katakan  Socrates.
Citasi:
- Platonnis Opera, Â The Oxford Classical Texts (Oxford: Oxford University Press):
- Volume I (E. A. Duke et al., eds., 1995): Euthyphro, Apologia Socratis, Crito, Phaedo, Cratylus, Theaetetus, Sophista, Politicus.
- Volume III (John Burnet, ed., 1903): Theages, Charmides, Laches, Lysis, Euthydemus, Protagoras, Gorgias, Meno, Hippias Maior, Hippias Minor, Io, Menexenus.
- Cooper, J. M. (ed.), Platon: Complete Works (Indianapolis: Hackett, 1997).
- Guthrie, W. K. C., A History of Greek Philosophy (Cambridge: Cambridge University Press) vols. 3 (1969), 4 (1975) and 5 (1978).
- Kraut, Richard (ed.), The Cambridge Companion to Platon (Cambridge: Cambridge University Press, 1992)
