Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hakekat Manusia Aquinas (3)

2 November 2023   10:34 Diperbarui: 2 November 2023   18:12 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hakekat Manusia Aquinas (3)/dokpri

Hakekat Manusia Aquinas

Thomas Aquinas (1225-1274) mengajarkan  manusia mempunyai dua kemampuan spiritual: pemahaman, dan kemauan. Pikiran adalah kemampuan belajar dan pengenalan. Sebaliknya, kemauan adalah kemampuan keinginan. Yang dimaksud dengan "hasrat" adalah "berusaha", yaitu seseorang mendambakan sesuatu, menginginkan sesuatu dalam hidupnya. Thomas Aquinas menyatakan   kehendak manusia mempunyai kecenderungan alamiah untuk ingin berbuat baik. Kecenderungan untuk berbuat baik ini sebagian diredam oleh dampak dosa asal, namun berkat Anugerah, kecenderungan ini dapat dibangun kembali. Setiap kali seseorang memilih yang baik dalam hidupnya, ia menjadi lebih bebas di dalam. Kebebasan bukanlah sesuatu yang dimiliki manusia sejak lahir, namun sesuatu yang dipelajarinya hanya ketika ia memilih yang baik, dengan mengambil yang berharga dan meninggalkan yang buruk di sana.

Thomas adalah seorang filsuf yang memandang tugasnya menyatukan iman Kristen yang hidup dengan sains dan akal. Dengan cara ini, dia adalah seorang filsuf modern yang benar-benar dapat berguna dalam proses yang dialami gereja saat ini. Tina Beattie juga sependapat ketika dia menulis :

"Melalui kedekatannya dengan filsafat Aristotle, dia (Thomas) ingin menunjukkan   iman dan akal, filsafat dan teologi, dapat disatukan dalam perkawinan yang saling menguntungkan dalam kebaikan menyeluruh dari kosmos yang diciptakan, diatur dan dipertahankan dalam semua aspeknya oleh Bagus. Seperti semua pernikahan pada masa Aquinas, ini bukanlah kemitraan yang sederajat, karena filsafat adalah pembantu teologi. Namun pada akhirnya, iman dan akal, anugerah dan alam, berjalan bersama seperti cinta dan pernikahan atau kuda dan kereta, dan bersama-sama mereka dapat membimbing pikiran manusia dalam keinginannya akan Tuhan dan pengetahuan yang benar tentang dunia."

Gereja tidak modernis hanya karena menjauh dari neo-Thomisme dan anti-modernisme. Sebaliknya, ia telah terhubung kembali ke akarnya. Jika kemudian bertepatan dengan arus zaman tertentu yang digambarkan sebagai modernis, maka hal tersebut bukanlah suatu masalah tersendiri, melainkan suatu keuntungan yang seharusnya dapat memperlancar dialog gereja dengan zaman modern. Benediktus XVI menyatakan   semua sekularisasi tidaklah jahat. Ada yang baik dan ada yang buruk.

Gereja tidak boleh ketinggalan zaman dan seperti museum. Melalui Konsili Vatikan II, Yohanes XXIII ingin membuka lebar-lebar jendela dunia luar. Proses itulah yang berlanjut hingga saat ini dan di mana Paus Fransiskus saat ini memegang kendali.

Wilhelm Ockham (1300/1349) memahami kebebasan dengan cara yang sangat berbeda. Baginya, kebebasan semata-mata merupakan tindakan kemauan dan bukan pemahaman. Ia berpendapat   dalam diri manusia tidak ada kecenderungan untuk berbuat baik, namun ia sama sekali tidak memiliki kecenderungan. Jika manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik, menurutnya dia tidak akan bebas.

Menurut Ockham,   tidak ada pertumbuhan dalam diri manusia dalam kebebasan itu sendiri. Dia dilahirkan sepenuhnya bebas. Dia hanya dibatasi oleh Tuhan, yang   bebas dan dengan sewenang-wenang menetapkan Hukum yang menjelaskan apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak (jangan mencuri, jangan... dll). Tapi besok Tuhan bisa mengubah hukum ini karena Dia bebas. Tidak ada prinsip dalam keputusan-Nya. Dia memiliki kebebasan batin yang total dan kemahakuasaan-Nya didasarkan pada kebebasan itu. Kebebasan Tuhan dalam hal ini adalah tindakan kehendak Tuhan yang murni dan tidak terhubung dengan tatanan kebijaksanaan ilahi.

Manusia pun bebas, namun hanya sampai ia dihadapkan pada apa yang diperintahkan atau dilarang Allah, yaitu sampai ia memenuhi kewajibannya. Dalam perjumpaan antara kewajiban yang telah turun dari surga dan orang yang membaca kewajiban yang ditetapkan Tuhan inilah seluruh drama kehidupan kita terungkap. Hati nurani hanyalah sebuah stempel yang menegaskan pengakuan akan kewajiban ilahi ini, tidak lebih.

Setelah Konsili Besar Trent, ketika Gereja memerintahkan pembangunan seminari-seminari dan ketika Gereja sedang terburu-buru untuk membentuk imam-imam baru untuk pekerjaan di ruang pengakuan dosa, pedoman-pedoman teologi moral ditulis, yang subjek utamanya adalah apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. tidak bisa melakukannya. Dengan cara ini, seluruh refleksi teologis dibangun berdasarkan tugas dan kewajiban. Oleh karena itu, saat ini orang-orang bertanya-tanya seperti "Apakah dosa jika saya mencium pipi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun