Itulah sebabnya kusir menceritakan kepada kuda-kuda apa yang dilihatnya, dan mereka, setelah menerimanya, tentu saja akan menginginkan apa yang mereka lihat. Karena mereka tidak menerima semuanya. Maka, didorong oleh keinginan itu, mereka melakukan suatu tindakan, mereka melakukannya karena apa yang mereka inginkan. Nah, itu tak lain hanyalah obyek renungan dan renungan (Plotinus).
Kontemplasi menyiratkan kembalinya, pemulihan wacana yang memuji dan menunjukkan jalan. Tindakan diarahkan oleh kontemplasi. Oleh karena itu, filsafat akan menjadi sebuah kontemplasi di tengah jalan dan menjadi penanda jalan itu. Dengan demikian, Plotinus mengistimewakan pengalaman mistik: "Dalam pengertian ini kita dapat mengatakan , bagi Plotinus, filsafat, baik dalam pidatonya maupun dalam pilihan hidupnya, mempersiapkan pengalaman mistik". Hal di atas menunjukkan , dalam pengalaman kesatuan ini, filsafat bukan sekadar cinta akan kebijaksanaan, namun pengalaman otentik akan kebijaksanaan, kesederhanaan visi, bahasa pengalaman murni:
Memang benar, Akal dalam arti tertentu adalah tempat di mana semua makhluk berada di dalam satu sama lain, masing-masing Bentuk adalah dirinya sendiri dan semua Bentuk pada saat yang sama. Dengan cara ini, diri berada di dalam dirinya sendiri, pada orang lain, dan pada Roh. Untuk mencapai tingkat diri ini berarti telah mencapai pengalaman mistik tingkat pertama, karena ini adalah cara berpikir dan keberadaan suprarasional. Derajat tertinggi adalah keadaan kesatuan total, kontak dengan Yang Esa dan  Yang Baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI