Sukacita, ketidakhadiran, penyesalan.
Dia merasakan anak panah itu tertancap,
gemetar karena cinta di dadanya.Â
Busur: mata hitamnya;
malam yang pekat,
terbungkus cahaya dan pantulan.
Siapa yang menjadi teman...
Mata itu! Tatapan itu!
dan kamu memprovokasi sebuah takdir.
Menulislah untuk yang tercinta...
dengan keterampilan yang luar biasa.
Nikmati alam semesta.
Pemain biola, tutup mulutmu, membisulah!
Ini adalah rasa sakit yang aku bicarakan
ketika aku mengingatnya;
Dan milikku menyiksaku.
Dia tidak diam dan dia mengguncangku
dengan mengajakku jalan-jalan,
di bawah bulan yang menatap tanpa mata...
Matanya! Mereka punya bulan...
Bulan basah, dengan embun perak dingin,
bintang-bintang putih menumpuk...
Dan itu tidak membuatku menyelesaikannya! Dia mengejarnya. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI