Kesedihan dunia dan kelabu pada malam terakhir:
bulan dan bintang menghilang,
lorong gelap tanpa nyanyian atau cahaya,
api padam.
Angin di pepohonan bagaikan laut,
dan di atas gigi pegunungan
ia bersiul pahit dan dingin,
bagaikan pedang yang terlepas dari sarungnya.
Penguasa salju mengangkat kepalanya;
mantel panjangnya yang pucat
karena ledakan dahsyat itu menyebar
dan menggantung di atas bukit dan lembah.
Dunia buta, dahan-dahan bengkok,
semua jalan dan jalan setapak liar:
lalu tabir awan terkoyak,
dan di sini aku menunggumu.
Kubah kuno sorga murni
ditusuk oleh cahaya jauh;
sebuah bintang bersinar putih dan jernih
sendirian di atas malam.
Di lembah kegelapan pada saat kelahiran itu
tiba-tiba terdengar suara bernyanyi:
'Kemudian semua lonceng di langit dan bumi
bersamaan pada tengah malam berbunyi.'
Alampun  bernyanyi di dunia ini selanjutnya:
mereka mendengar nyanyiannya muncul
di atas kabut dan di atas salju dari gunung
hingga ke dinding surga,
dan lidah banyak lonceng berguncang.
di menara sorga berdering
ketika suara hamba manusia terdengar,
'Itu adalah tanda alam dan raja surga.'
Bahagialah dunia dan pesta malam ini
dengan bintang-bintang di atas kepala,
dan ruangan dipenuhi tawa dan cahaya,
dan api menyala merah.***