Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tuhan Telah Mati (1)

31 Agustus 2023   12:25 Diperbarui: 31 Agustus 2023   15:02 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tuhan telah mati,
serpihan tubuhnya
telah berserakan di sepanjang pantai
tempat para pelacur, mengembara,
tersesat,
tempat cinta ditinggalkan,
dibakar,
tempat seekor kera melahap
jejak kaki lelaki itu.

Tuhan sudah mati.
Itu terjadi di semua sudut jalanraya.
Sebelum  meninggal,
dia menangis.
Kesedihannya tidak ada batasnya.
Angin meniup janggutnya
yang sirna dalam awan harapan,
lalu hujan membuka pelupuk matanya
yang penuh jarak
dan berubah menjadi kubangan
kotor berdebu, lesu, membisu
dimana kata-kata terlupakan,
dimana sungai sedih, penuh air mata,
dimana kota dan desa semua rapuh,
terkutuk , dan sempah peradaban.

Tuhan sudah mati.
Semoga jiwamu beristirahat dengan tenang.

Kemudian hujan melelehkan matanya
yang jauh
dan mengalir ke
genangan air yang kotor dan berdebu
di mana kata-kata terlupakan,
di mana tidak ada mata air,
di mana kota tumbuh,
terkutuk perilaku cawe-cawe.

Tuhan sudah mati.
Semoga jiwamu selalu abadi tenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun