Bagaimana seseorang memasuki pengalaman ini? Guru spiritulitas yang terlatih dapat membimbing jalan dengan menggunakan teknik kontemplatif yang dimiliki oleh tradisi keagamaan. Tapi pikiran yang berkibar-kibar hanya menjadi sangat sunyi setelah langkah yang tidak mudah untuk melepaskan ke dalam, termasuk dan terutama diri Anda sendiri.Pelepasan ini tidak bisa dipaksakan. Tapi itu bisa terjadi ketika hal yang tak terkatakan menginspirasi kepercayaan daripada ketakutan. "Ketakutan dapat muncul dari apa yang membawa penderitaan. Kekosongan menenangkan penderitaan.Â
Mengapa takut?" tulis seorang guru Buddhis dari abad ke-7 atau ke-8 (Bodhicaryavatara 9:56). Keheningan suci, bisa dikatakan, adalah kekosongan ini, ditahan dalam hal yang tidak bisa dipahami. Tetapi agaknya hal itu telah dikatakan terlalu banyak dan tetap menjadi jawaban Vimalakirti. Secara umum manusia biasanya menulis untuk mengirim pesan ke orang lain. Tetapi dalam hal menulis meditatif, kita sendirilah yang dituju. Menulis untuk menenangkan diri dan mengingatkan diri sendiri tentang apa yang benar-benar penting. Ada tradisi panjang menggunakan tulisan untuk kontemplasi, jadi di sini  mengenal tiga metode penulisan yang akan membantu Anda membawa lebih banyak kemudahan dan makna ke dalam hidup Anda.Â
Menulis meditatif memiliki tradisi Panjang. Pada zaman kuno dan abad pertengahan, kebanyakan orang buta huruf. Kemampuan membaca dan menulis hanya diperuntukkan bagi para ulama dan cendekiawan. Mereka terutama ditemukan di biara-biara, kadewaguruan gunung pertapaan penanggungan. Proses penulisan itu sendiri memiliki fungsi kontemplatif sekaligus praktis: penyalinan Alkitab  atau Daun Lontar (tradisi Kedewaguruan Jawa Kuna) dengan hati-hati membuka kekuatan kata-kata, sehingga proses penulisan menjadi suatu bentuk pengabdian. Metode pertama penulisan meditatif memanfaatkan efek ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H