Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sesepuh, Pini Sepuh, Aji Sepuh

14 Januari 2023   17:58 Diperbarui: 14 Januari 2023   18:41 8021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepuh, Sesepuh, Pini Sepuh,  Aji Sepuh  menjelaskan dalam sebuah gambar yang menakjubkan dalam kesederhanaan konsepsinya, hubungan cinta antara manusia dan dengan Tuhan: kata-kata ini, misalkan dunia adalah sebuah lingkaran, seperti ukiran yang dibuat dengan Suruh Jawi, yang diberikan Condro. 

Titik pusat lingkaran adalah Tuhan, dan garis lurus mulai dari keliling lingkaran menuju pusat adalah jalan, yaitu cara hidup masyarakat. Saat orang bergerak menuju pusat, menuju Tuhan, mereka semakin dekat satu sama lain, dan saat mereka semakin dekat, mereka semakin dekat dengan Tuhan. Dengan cara yang sama, pahami pemisahan. Ketika mereka menjauh dari Tuhan dan keluar, mereka menjauh satu sama lain, dan semakin mereka menjauh satu sama lain, semakin mereka menjauh dari Tuhan. Jadi inilah sifat cinta;

Hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia (Manunggaling Kawula Gusti),  terkait erat di jalan menuju pribadi. Di mana posisi pendekatan semacam itu dalam konsep kebijakan sosial   didasarkan pada prinsip-prinsip Pencerahan Tradisi Jawa paling luhur

Bisakah kita menggunakan pemikiran martabat manusia  tentang pribadi manusia untuk mengatasi dilema klasik dalam penerapan kebijakan sosial dan konfrontasi dalam kerangka nilainya, di luar perspektif teologis  Antigo Wiji Sejati;

Baik pada Condro Wantah, Dan Condro Mantra. 

Misalnya teks Condro   Mantra (vokal datar) Aji Condro Birowo nada 1,2,3, misalnya "puter puji konjuk mring padaning, Gusti ingkang Mahaagung. Inggih dzat ingkang wenang hamurba datan wenang kapurba;

Misalnya teks Condro Wantah, (vokal Tebal) 

Nalika samana, Sri Penganten kekalih ingkang sapatemon tunggal nedya ambalang gantal tinemu rose, nadyan ta benten lumah lan kurebe, kalamun ta ginigit samya raosipun, pramila, mugia sri penganten ingkangsampun nggadhahi raos katresnan nyawiji tunggal; kadi dene raosipun gantal ingkang sampun kaginakan minangka sarana.

Nalika sama Sri Penganten kekalih ingkang sampun tumuju wonten ing sarananing lampah pidak antigo, kepecah  prol sanalika dening lampahing sri panganten Kakung. Tigan ingkang sampun kasiyagakaken amidak antiga mawujud dados tigang warni inggih klothokan, wujud bening lan ugi wujud kuning, minangka pratandha Trisula Wedha, inggih gegebengan jujur, pener, lan adil;

Sepuh, Sesepuh, Pini Sepuh,  Aji Sepuh  adalah ujud hasrat membara manusia adalah keabadian, maka haruskah dia berusaha mencapainya sehingga selain mungkin dia dapat memecahkan masalah dunia dan memenuhi takdirnya dengan kemampuan terbaiknya;

Jika tidak berhasil, apakah ia akan hilang atau kehilangan tempatnya yang menonjol di planet ini dalam percepatan perkembangan teknosains yang tampaknya telah menjadi otonom; Untuk mempertahankan keunggulannya melawan kecerdasan buatan, apakah manusia memiliki kewajiban untuk meningkatkan dirinya secara fisik, mental, dan moral, mungkin berkembang menjadi organisme dunia maya; maka teks Sastra Jawa dalam Condro  berupa tiga bentuk misalnya nuasa Indah, Gagah dan sedih (tahap Gambuh/Menikah)

Studi tetang filologi  tentang filosofi peningkatan manusia. Ini memberikan pengantar berlapis-lapis untuk ini dalam konteks transhumanisme dan metahumanisme teknis,   arus heterogen yang kompleks antara filsafat antropologi, filsafat teknik dan filsafat pikiran. 

Membahas kesamaan dan perbedaan mereka (Sepuh, Sesepuh, Pini Sepuh,  Aji Sepuh), menunjukkan bagaimana upaya menganjurkan peningkatan radikal manusia dengan menyatukan berbagai masalah dari bidang yang berbeda seperti kedokteran, ilmu sosial, fisika, ilmu kognitif, neuroteknologi, ilmu komputer, biologi molekuler, nanoteknologi dan penelitian kecerdasan buatan yang bersifat meta.

Studi filologi Cokro Manggilingan (teks bahasa sastra Sepuh, Sesepuh, Pini Sepuh,  Aji Sepuh) adalah menelusuri awal transhumanisme dan transhumanisme teknis untuk menyajikan evolusi mereka dengan menyoroti sumber teoretisnya, serta kondisi ekonomi dan sosial yang berkontribusi pada penyebarannya. Ini mengklarifikasi jenis dan bentuk peningkatan manusia radikal yang mereka promosikan berdasarkan keilmiahan paling purba, tetapi terutama dalam hal konsekuensi moral, rasional dan retorikanya.

*} Tulisan ini adalah riset saya tahun 2013/2015 tentang Filologi Genealogi, dan tulisan ini adalah hanya 8% disajikan, sedangkan sisanya tidak disampaikan dalam tulisan ini;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun