Akhirnya, pertanyaannya tetap apakah manusia akan mengakhiri keterasingannya di masa depan. Tidak ada kepastian yang mutlak karena jalannya sejarah manusia tidak terjadi secara mekanis, otomatis. Kemungkinan memang ada melalui praksis, kata Marx.Â
Sudut pandang ini menjauhkannya dari agama Kristen dan dari Hegel. Dalam agama Kristen, keterasingan muncul melalui Kejatuhan dan nantinya akan sepenuhnya dihapuskan berkat rahmat Tuhan: ada kepastian. Bagi Hegel, subjek manusia secara definisi adalah makhluk yang mengobjektifkan dan karenanya mengasingkan, tetapi  merupakan bagian dari esensi manusia untuk mengatasi semua keterasingan. Takdir manusia adalah kebebasan, dan dia tidak bisa lepas dari takdir ini.
Dan tidak menemukan kepastian seperti itu pada Marx, yang menolak idealisme optimis Hegel. Penghapusan keterasingan terletak pada takdir manusia, tetapi, sebagai tugas manusia, bukanlah kebutuhan alami. Oleh karena itu, isi kebebasan masa depan tidak dijelaskan secara apriori oleh Marx. Evolusi manusia selanjutnya tidak dapat ditentukan secara dogmatis karena manusia tidak memiliki sifat statis, tetapi terus-menerus berubah dalam dinamika ujung-ujungnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H