Retorika Demosthenes, dan Socartes
Sejarawan sering menyebut Yunani kuno sebagai tempat lahir peradaban kita. Dan memang: Sampai hari ini, para filsuf besar Yunani membentuk pemikiran dan tindakan kita tanpa kita sadari. Pada saat yang sama, tampak bagi saya  kepercayaan para sarjana Yunani semakin memudar ke dalam kesadaran kita.
Siapa yang dapat mengklasifikasikan dan mendeskripsikan karya Aristotle, Platon dan Socrates? Pada generasi muda, mungkin hanya mahasiswa filsafat atau orang yang sangat banyak membaca  teori dan kajian filsafat. Anda mungkin  adalah salah satu dari mereka yang selama bertahun-tahun memandang rendah para filsuf tua dengan ketidaktahuan akan manfaat bagi hidup anda.Â
Apa yang harus saya pelajari dari orang-orang yang meninggal ribuan tahun yang lalu? Mungkin dengan membaca  biografi Steve Jobs dan Elon Musk, maka batin kita mengalami pelebaran sudut pandang;
Demosthenes lahir pada 384 SM, pada tahun terakhir Olympiad ke-98 atau tahun pertama Olympiad ke-99.Ayahnya  bernama Demosthenes berasal dari sebuah suku lokal, Pandionis, dan tinggal di deme Paeania[2] di wilayah Athena, adalah seorang pembuat senjata kelas menengah. Aeschines, lawan politik terbesar Demosthenes, menyatakan  ibunya Kleoboule berdarah Scythia sebuah pernyataan yang diragukan oleh beberapa sarjana modern. Demosthenes menjadi anak yatim pada usia tujuh tahun.
Tidak ada yang akan menduga  Demosthenes  (384 - 322 SM) akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu ahli retorika dan negarawan terbesar di Yunani kuno. Ayahnya meninggal lebih awal, dia secara fisik tidak stabil dan memiliki gangguan bicara.Â
Lebih buruk lagi, pria yang seharusnya merawatnya setelah kematian ayahnya menggelapkan warisannya. Sebagai seorang pemuda, berdiri di demo telah menyerahkan uang beberapa kali. Semua ini tidak dilakukan sendiri, nasib tidak baik padanya - setidaknya itulah yang mungkin Anda pikirkan.
Demosthenes adalah contoh  dalam setiap situasi sulit pasti ada peluang. Demosthenes tidak mau menerima penyalahgunaan warisannya dan sangat ingin mencari ganti rugi dari orang-orang yang telah melakukan ini padanya. Tapi bagaimana seorang pemuda bisa melakukan itu jika dia bahkan tidak bisa berbicara dengan benar? Dia memutuskan untuk bekerja pada dirinya sendiri dan situasinya.
Hal pertama yang di lakukan  Demosthenes adalah menemukan cara yang tidak biasa untuk mengatasi hambatan bicaranya: dia memasukkan kerikil ke dalam mulutnya dan berlatih berbicara. Dia menyampaikan seluruh pidato saat berlari mendaki bukit atau saat menghadapi angin sakal yang kuat.
Demosthenes mendidik dirinya sendiri dengan aspirasi dan ketekunan yang membuat pelari maraton terlihat seperti pejalan kaki: dia membangun sendiri ruang bawah tanah kecil dan belajar hari demi hari sampai pengetahuan para filsuf besar mengalir ke dalam darahnya. Dia bahkan pergi sejauh untuk mencukur rambutnya sehingga dia tidak akan malu menunjukkan dirinya di depan umum. Singkatnya: Demosthenes mengejar tujuannya dengan dedikasi 100%.