Apa Itu Jiwa
Tidak ada keraguan  teori Platon  tentang keabadian jiwa  (autokineton) berasal dari tradisi Orphic dan Pythagoras, yang sangat memengaruhi dualisme antropologisnya, yang menurutnya manusia terdiri dari tubuh dan jiwa.Â
Tubuh akan menjadi bagian yang fana, berubah dan fana. Sebaliknya, jiwa adalah bagian yang paling baik dari manusia, itu terkait dengan yang ilahi dan abadi. Setelah kematian tubuh, jiwa berpisah darinya untuk kembali ke tempat yang seharusnya.
Pythagoras menegaskan  jiwa dimurnikan karena bereinkarnasi dalam tubuh yang berbeda. Bagi filosof Samos dan alirannya, jiwa atau Psyche  adalah Daimon,  ia diusir dari alam para dewa dan harus berjuang untuk kembali. Melalui rasa sakit dan penderitaan, jiwa menjadi sadar akan kebutuhan untuk berkembang.Â
Dan ini hanya dipelajari melalui pengetahuan, dan dengan itu, semua reinkarnasi akhirnya akan berakhir, yang tidak lebih dari kesempatan bagi manusia untuk memulihkan keilahiannya sendiri.
Dalam karya Diogenes Laertius kami menemukan kata-kata berikut tentang Pythagoras:
" Di antara mereka ada seorang pria dengan pengetahuan luar biasa, penguasa, lebih dari yang lain, dari semua jenis teknik kebijaksanaan, yang telah memperoleh harta yang sangat besar di diafragmanya; ketika dia menempatkan semua kekuatan diafragmanya dalam ketegangan, tanpa usaha dia mampu memvisualisasikan secara rinci hal-hal dari sepuluh atau dua puluh generasi manusia".
Pemurnian dicapai melalui reinkarnasi dan merupakan bukti  itu bukan kebetulan atau takdir (Homer dan Hesiod), tetapi kekuatan tertinggi, yang mengatur tatanan dunia. Argumen ini akan digunakan oleh Platon  untuk mengembangkan teorinya sendiri tentang jiwa dan dari sana, sebuah doktrin politik untuk membangun kembali ketertiban di Yunani pada saat itu.
 Sekali lagi bagi Platon, jiwa adalah jiwa yang memberi kehidupan dan gerakan pada tubuh makhluk hidup. Dalam kasus manusia, jiwa adalah prinsip ilahi dan abadi,  berkat pengetahuan dan kehidupan yang bajik dimungkinkan.
Platon  membedakan dalam jiwa manusia tiga bagian dalam jiwa manusia:
- Jiwa Rasional /logistikon (Dianoia). Ini adalah bagian paling baik dari manusia, abadi dan terkait dengan keilahian. Oleh karena itu, inilah yang memberdayakan individu untuk mengetahui kebenaran dan kebaikan.
- Jiwa yang mudah marah/harga diri (Thumos). Ini adalah bagian dari jiwa yang berhubungan dengan nilai.
- Jiwa yang Dapat Dipenuhi  Hasrat (Epithumia). Ini adalah bagian fana dari jiwa manusia yang bertanggung jawab atas keinginan dan nafsu.