Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nietzsche dan Seni

9 Juni 2022   21:57 Diperbarui: 9 Juni 2022   22:07 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nietzsche Dan Filsafat Seni

Friedrich Wilhelm Nietzsche  terus-menerus membangkitkan minat, meskipun orang belum tentu tahu tentang apa itu seni. Maka kata Nietzsche. Seni adalah cara kita bisa bergaul dengan diri kita sendiri, dengan memahami hidup sebagai kaya dan bermakna bahkan melampaui;

Kata-kata ini telah mengubah cara hidup saya, apa yang dikatakan oleh  Nietzsche menyatakan diperlukan kemampuan menyatakan wujud apapun pada kehidupan ini di buku "The Will to Power, yang terkenalnya :["Ja Sagen" menyatakan iya pada kehidupan ini"] tanpa melakukan dikothomi atau dikenal dalam Nietzsche sebagai "affirmation of life" (Jerman di sebut: Bejahung). Kata :["Ja Sagen"] berarti menerima semua apa adanya pada realitas. Konsep ini mirip dengan Demokritos   segala sesuatu adalah ["Atom"; berarti "a" artinya tidak, dan "tomos" artinya terbagi"].

Bagi saya selama 36 tahun lebih mempelajari semua hal, membatinkan apapun maka mungkapan Nietzsche pada kata " Amor Fati ", kita tidak hanya harusmenanggung apapun yang tidak dapat diubah, kita harus mencintainya. Tidak menyerah pada nasib, tetapi menanggungnya, adalah suatu sikap hidup yang luhur. " Amor Fati ", semoga inilah cintaku! Kata Nietzsche.

Nietzsche tampaknya selalu relevan; meskipun seseorang tidak selalu ingin atau perlu membicarakannya, dia menyelinap ke dalam perdebatan di sekitar meja makan, diskusi di pub, dialog di luar ruang kuliah dan bahkan di monolog batin kita. Dia tampaknya mendorong dirinya pada kita seperti aporia filsuf , masalah atau pertanyaan yang tampaknya mustahil untuk melarikan diri. Mengapa Nietzsche begitu sulit untuk dihindari?

Bukankah dia seorang pemikir megalomaniak, narsistik dan boros? Seorang pemikir yang mempresentasikan pemikirannya yang sangat kontroversial melalui kata-kata mutiara, metafora, dan analogi, untuk memperburuk keadaan? Bukankah pemikirannya tentang moralitas laki-laki dan manusia super, antara lain, menjadi inspirasi dan bahkan di tuduh bagi basis idealogi fasisme dan Nazisme?.

Tetapi jika seseorang mengklaim  Nietzsche benar tentang pertanyaan besar atau tidak, tidak mungkin untuk menganggapnya sebagai orang bodoh yang sederhana. Jadi, seperti yang saya katakan, Nietzsche muncul dalam percakapan sehari-hari dan akademis, tetapi orang cenderung terpaku pada dua hal khususnya ketika membahas topik yang kemudian dibahas: pengaruh Nietzsche terhadap Hitler dan Nazisme, kritik Nietzsche terhadap agama. Karena   topik ini penting untuk diskusi seputar Nietzsche, orang tidak boleh lupa  ada  satu kelompok khusus yang diilhami Nietzsche: seniman.

Selain itu, Nietzsche, tidak seperti banyak filsuf akademis (dan filolog), telah menciptakan efek riak besar di masyarakat melalui pemikirannya yang intens dan mendalam serta daya tarik umum terhadap kondisi manusia.

Nietzsche tidak hanya berbicara tentang ontologi seni, tentang apa itu seni pada dasarnya, tetapi  tentang metafisika seni secara lebih umum, mode operasinya, dan bagaimana seni diekspresikan dan diciptakan oleh kita manusia. Secara paradoks, itu  mempengaruhi kita karena kita didorong oleh kekuatan yang tidak dapat kita kendalikan. Dalam konteks inilah Nietzsche memperkenalkan konsepnya tentang Dionysian, sebuah elemen dunia dan budaya yang memanifestasikan dirinya dalam kemabukan, kebiadaban, horny, kegilaan, dan kegembiraan euforia yang luar biasa.

Dengan kata lain, itu adalah antagonis Dionysian dari Apollonilam budaya, yang kemudian berarti logika, matematika, keteraturan, bentuk, cahaya dan gambar, serta ketenangan. Nietzsche mempresentasikan idenya tentang Dionysian dan Apollonian, kekuatan pendorong dan kecenderungan yang dinamai dewa Dionysus dan Apollo, dalam buku pertamanya The Birth of Tragedy (1872). Dalam karya tersebut sudah terlihat dalam fermentasi yang kemudian berkembang menjadi ide-ide terkenal seperti penyakit dalam budaya, Will to Power, kritik terhadap Tuhan dan pngan yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun