Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ajining Raga, Ana Ing Busana

23 April 2022   20:11 Diperbarui: 23 April 2022   20:17 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Itu  Ajining Raga Ana Ing Busana ?

Selain wajah dan tangan memang merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif secara sosial dan selalu menjadi perhatian khusus kita   apa yang sebenarnya kita lihat dan reaksikan bukanlah tubuh tetapi pakaian orang-orang di sekitar kita. Ketika bertemu mereka, membentuk kesan pertama tentang pakaian mereka.

Fashion adalah fenomena di mana-mana, sehari-hari dan beragam. Perilaku pakaian kita manusia ditentukan dengan cara yang kompleks - banyak alasan dan penyebab yang berbeda mempengaruhi jangkauan ke dalam lemari pakaian. Siapa yang berpikir tentang siapa yang 'membuat' mode atau mengapa saya berpakaian seperti ini hari ini dan apa yang ingin saya capai dengannya? Pikiran kita cenderung berkisar pada aspek-aspek seperti: bagaimana pakaian saya diterima oleh orang lain? Saya memakai apa yang saya suka dan saya ingin orang lain melihat saya seperti yang saya rasakan ketika saya mengenakan pakaian saya.

Aspek komunikasi pakaian memainkan peran penting di sini. Meskipun pada awalnya   menganggap komunikasi lebih dalam hal bahasa daripada pakaian, pakaian kita dengan cepat berubah menjadi alat komunikasi non-verbal yang paling penting. Komunikasi nonverbal menggunakan bahasa isyarat atau simbol untuk menyampaikan pesan. Ini dikodekan, diterjemahkan dan ditafsirkan. Atas dasar penampilan luar, lawan bicara kita membentuk citra   bahkan sebelum kita bisa mengatakan apa-apa. Tetapi apakah pakaian  mengatakan apa yang ingin kita capai dengannya?

Satu-satunya hal yang pasti adalah tidak ada yang bisa lepas dari kekuatan komunikatif fashion/pakaian. Ini memenuhi fungsi yang paling beragam dalam masyarakat kita. Aspek fungsional pakaian, fungsi pelindung dan dekoratif utama, bertentangan dengan aspek mode. Mereka memajukan preferensi orang itulah makna umum Ajining Raga Ana Ing Busana;

Mengapa orang berpakaian? "Ajining Raga Ana Ing Busana" itulah pepatah Jawa, yang menunjukkan pakaian memiliki dan ditentukan oleh faktor sosiologis, psikologis dan psikoanalitik. Busana sebagai penggambaran diri simbolis. Pesan non-verbal tentang individu. Berpakaian sebagai bentuk perlindungan psikis terhadap roh, penyakit, atau bahkan 'bahaya moral'. 

Ajining Raga Ana Ing Busana; Pakaian  digunakan untuk penggambaran diri, penegasan diri, dan pembedaan dari kelompok sosial. Pakaian bukan hanya elemen dangkal dan dekoratif dari kehidupan manusia, tetapi merupakan sarana ekspresi dan pengatur yang penting dalam masyarakat. Fashion tidak ada secara independen dari perkembangan politik dan sosial.Seperti diketahui, kekuatan pendorong untuk fana adalah fashion, yang didasarkan pada mental. Meskipun perkembangan mode  tunduk pada hukum mereka sendiri, seperti menikmati pola, bentuk, warna dan kain, mereka tetap bergantung pada pengaruh sosial, ekonomi dan politik. Semua faktor ini   saling mempengaruhi dan menentukan cara kita berpakaian.

Sudut pandang psikologis; Fashion [Ajining Raga Ana Ing Busana] mempengaruhi setiap orang dengan cara tertentu, karena setiap orang berpakaian dengan cara tertentu dan bahkan mungkin menurut model. Kepribadian kita diekspresikan melalui pakaian dan fashion kita. Kami selalu berusaha mencari kompromi antara kecenderungan ke arah umum dan serupa (kolektif) dan ke arah khusus dan unik (individu). Contoh utama dari fashion yang memiliki kekuatan adalah novel Gottfried Keller "Clothes Make People" dari tahun 1874.

Di sini topik penipuan oleh eksternal dan simbol status hingga penyembunyian keberadaan dengan penampilan cantik diangkat. Menurut Georg Simmel fashion adalah produk dari pembagian kelas. Fashion dan pakaian tidak hanya melibatkan fungsi sosial, tetapi  fungsi psikologis. Jadi menghadirkan fashion sebagai Hubungan dengan teman sebaya dan kedekatan dengan orang lain sangat relevan, tetapi psikologi mode tidak hanya digunakan di area ini. 

Fungsi psikologis dasar dari pakaian adalah demonstrasi objektifikasi dan ekspresi identitas seseorang.Pakaian memiliki makna psikologis khusus seperti yang ditunjukkan oleh idiom seperti 'pakaian sebagai kulit kedua'. Menurut Hoffmann ada dua bentuk penggunaan pakaian, yaitu inserting dan ekspresif use. Kedua bentuk tersebut menggunakan bahasa berpakaian. Dengan cara ini, gaya pakaian yang menenangkan dan mengalokasikan sesuai dengan masyarakat dan menghindarkan pemakainya dari kesalahpahaman kelompok, pakaian ekspresif berfungsi untuk membedakan;

Faktor sosiologis dan psikologis tidak terpisah satu sama lain dalam hal pakaian, tetapi harus terkait satu sama lain karena saling terkait. Orang pasti memiliki pengalaman berpakaian (sosiologis) yang berbeda dan merasakan sensasi yang berbeda saat mengenakan pakaian (psikologis).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun