Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Kritik Akal Praktis Kant?

10 Maret 2022   21:23 Diperbarui: 10 Maret 2022   21:26 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena apa yang diperintahkan dalam diri manusia adalah fakultas yang dengannya dia menjadi manusia, penghormatan terhadap akal budi, hukum moral menyiratkan baginya penghormatan terhadap kemanusiaan dalam dirinya sendiri dan pada orang lain. Di sini, kemudian, adalah formula kedua dari imperatif moral: martabat manusia [human dignity]. 

 Immanuel Kant menyatakan: {"Bertindaklah sedemikian rupa sehingga Anda selalu memperlakukan umat manusia entah di dalam pribadi Anda maupun di dalam pribadi setiap orang lain sekaligus sebagai tujuan, dan tidak pernah hanya sebagai sarana belaka"}.

Kritik Akal Praktis  menunjukkan otonomi kehendak. Memang, hukum moral tidak akan ada artinya lagi jika ada kepentingan yang mendorong keinginan untuk menaatinya. Oleh karena itu, untuk mengikuti hukum moral ini, kepekaan subjek harus diselaraskan secara eksklusif dengannya. 

Karena itu harus ditentukan secara apriori oleh perasaan yang secara eksklusif sesuai dengannya, rasa hormat (Achtung) yang dialami hanya sebelum kesucian hukum moral   hanya penghormatan terhadap hukum yang harus memotivasi subjek. 

Hal ini disampaikan oleh keyakinan rasional yang disebut Kant sebagai "postulat": kebebasan, kondisi moralitas; keabadian jiwa, yang diperlukan untuk mengejar kebajikan;   keberadaan Tuhan, seharusnya memastikan penyatuan akhir kebahagiaan dan kebajikan. Dengan demikian, penemuan Akal  Praktis  juga merupakan penemuan nilai mutlak pribadi dan otonominya dalam kehidupan moral. 

Semua doktrin moral lainnya, di sisi lain, menundukkan tindakan manusia ke tujuan yang berbeda dari sifatnya sendiri. Moralitas Kantian, sebaliknya, menganugerahkan manusia, karena ia adalah akal, martabat dan otonomi. 

Otonomi kehendaklah yang membuat semua martabat makhluk berakal: "Oleh karena itu otonomi adalah prinsip martabat sifat manusia dan semua sifat wajar" (Critique of Practical Reason).***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun