Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa itu Habitus?

10 Januari 2022   23:38 Diperbarui: 11 Januari 2022   00:07 2511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HABITUS DI DUKUNG MODAL . Untuk Bisa Masuk Arena. Unsur Kapital: memungkinkan kita untuk mendapatkan kesempatan dalam hidup; pendidikan, ekonomi/uang, Sosial budaya, modal simbolik. Habitus tepat didukung Kapital; Arena adalah ruang khusus yang ada dalam masyarakat; arena pendidikan, pertanian, bisnis, seniman, tentara; maka manusia perlu memiliki habitus dan kapital tepat. Arena adalah ruang khusus yang ada dalam masyarakat; arena pendidikan, pertanian, bisnis, seniman, tentara; maka manusia perlu memiliki habitus dan kapital tepat; Arena dalam Bisnis {etika Max Weber]_ ulet, dan hemat, asceticism [kekalan property, laba tak berhingga]. Hal ini dapat dikaitkan dengan Doxa [Platon]; pandangan penguasa, yang dianggap sebagai pandangan seluruh masyarakat [tanpa pikiran kritis];  Doxa sebagai "Sloganistik" tanpa fakta, tanpa rasionalitas Kritis; kemudian dipakai untuk "MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN". Hal yang terjadi Manusia dibentuk  HABITUS melalui DOXA;

Dampak [1] Dominasi Simbolik: penindasan dengan menggunakan dominasi simbolik [ditindas secara simbolik], Penindasan tidak terasa, dianggap normal, dan wajib dilakukan. Artinya Penindasan mendapat persetujuan dari pihak ditindas; Misalnya Guru kiler, pasangan hidup yang otoriter; Gaya Jawa Indonesia; dan lain-lain [hasil dominasi], negara Teknologi, sistem nilai. Dominasi ini dilakukan melalui "BAHASA";  bukan hal netral, tapi ada kepentingan/kecendrungan;  Bahasa adalah Simbol Kekuasaan_kelas Sosial; { Heidegger menyatakan "membangun baru menghuni"]

Ja;ur pendidikan. Pendidikan: adalah proses penciptaan ulang/Reproduksi dominasi sosial yang telah hadir, dan eksis sebelumnya {melanggengkan Kekuasaan}.  Pendidikan menutup pintu bagi  orang tanpa Habitus maupun Kapital sebagai Pantas Pembelajar;  Problem Kurikulum [tidak cocok dengan pendidikan]. Pendidikan Moral, dilihat dari pengamatan Sehari-hari, bukan ceramah, bukan dokrin, atau Ing Ngarso Sung Tulodo; Agama  diajarkan tidak singkron; Lingkungan sebagai Pembentuk Moral;

Munculnya Kelas Atas Distinction:berati tindakan membedakan, Aristorkat dilawan oleh Resistensi: Perlawanan kelas ekonomi bawah; anti kemapanan, kaum buruh dan proletar. Perubahan Sosial: Kemampuan Habitus, dan Kapital ; dan bukan kelas Proletar; Persaingan; antara individu dan kelompok, dua visi berbeda [distinction resistensi, melangangkan vs melawan penindasan; Persaingan selalu memilki Strategi; investasi biologis [KB vs Non KB], Suksesif [efisiensi harta diwariskan], Edukasi [oleh dokrin kader-kader], Invetasi Ekonomi, dan Investasi Simbolik [legitiasi, pengakuan, kehormatan] Perbedaan pertentangan antara Selera  Seni {Estetis} sebagai Hasil Bentukan antara Legitimasi Selera; Bentukan Aristokrat, seni pendidikan ilmiah misalnya  WA Mozart, Beethoven, Bach , Vivaldi  melawan Selera Populer [rakyat jelata]; bentukan pengalaman hidup; lebih pada fungsi, dari pada bentuk. Kebenaran adalah Relasional,  bukan subjektif, dan bukan Objketif, adalah proses internaliasi batin, dan eksternaliasi; dikaitkan dengan Kapital, dan hadir dalam arena;

dokpri
dokpri

Menurut Pierre Bourdieu, rasa dibentuk oleh sesuatu yang disebutnya "habitus".

PRAKSIS HUMAN  = HABITUS + KAPTIAL + ARENA.  

"Habitus" ini tidak dapat diubah, bahkan dengan pendakian sosial yang paling kuat dan keturunan yang paling dahsyat, Anda masih dapat membedakan dari sosial mana, dengan santai, stabil dia berasal dari seseorang. Dalam bahasanya yang paling rumit, Pierre Bourdieu menulis:

"Rasa adalah dasar dari semua yang Anda miliki - orang dan benda - seperti siapa Anda bagi orang lain, dengan apa Anda mengklasifikasikan diri Anda dan diklasifikasikan oleh orang lain. Ekspresi rasa dan kecenderungan (...) adalah konfirmasi praktis dari perbedaan yang tak terhindarkan. Bukan kebetulan  ketika mereka seharusnya membenarkan diri mereka sendiri, mereka menegaskan diri mereka sendiri dengan cara yang murni negatif, dengan menolak mereka dan dengan membandingkannya dengan ucapan rasa lainnya. 

Habitus adalah totalitas dari kebiasaan kita, gerak tubuh, preferensi, cara kita berpakaian, berbicara dan bergerak, musik apa yang kita dengarkan - dan apa yang tidak. Ada juga hubungan antara habitus dan hubungan sosial, yang menurut Pierre Bourdieu, tidak dapat dicampuradukkan: tamu festival menembak tidak akan - atau sangat jarang - ditemukan di vernissage dan sebaliknya. Untuk alasan yang berbeda ada sikap yang sama di kedua sisi: Ini bukan untuk kita!. Habitus membentuk selera kita. Dan rasa menghasilkan, tulis Bourdieu: " Anda memiliki apa yang di sukai karena Anda menyukai apa yang Anda miliki."  Dunia sosial bekerja seperti permainan di mana setiap orang bertaruh chip yang diberikan kepada mereka oleh bank kasino. Kesamaan yang mereka miliki adalah perjuangan untuk pengakuan, keinginan untuk dianggap berbeda dan dapat dibedakan.

"Dengan investasi dalam sebuah permainan, dengan pemerannya dan dengan pengakuan  persaingan dapat membawa orang lain, dunia sosial menawarkan kepada orang-orang apa yang paling tidak mereka miliki: pembenaran atas keberadaan mereka."   Ini terutama berlaku untuk kelas bawah, bagi mereka yang ingin naik. Dan kepada siapa itu penting untuk tidak lagi dilihat sebagai pencari nafkah atau penggarap. 

Paul Potts ingin membuat perbedaan ini dicapai dengan mengagumkan di lingkungannya. Namun, penilaian masyarakat memiliki lebih dari sekedar pengadilan hukum. Mereka yang ingin berhasil berpartisipasi dalam permainan sosial tidak hanya harus mengetahui aturannya, tetapi juga memiliki antena untuk membuat diri Anda orisinal, atau, di Bourdieu, "membedakan", dan diakui oleh semua otoritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun