Di Kaki Merbabu......
Dingin di bumi, dan salju tebal menumpuk di atasmu,
Jauh, jauh sekali, dingin di kuburan yang suram!
Apakah aku sudah lupa, Cintaku satu-satunya, untuk mencintaimu,
Akhirnya terputus oleh gelombang  alam yang sangat parah?
Sekarang, saat sendirian, pikiran saya tidak lagi melayang-layang
Di atas pegunungan, kala senja tak berkaki,
Mengistirahatkan sayapnya patah  tertutup tumbuhan
Di Kaki Merbabu hatimu yang mulia selamanya
Dingin di Kaki Merbabu lima belas Februari  lalu,
Dari perbukitan embun mencair mata air:
Kamu setia, sungguh, adalah roh yang mengingat
Bertahun-tahun mengalami penderitaan!
Cinta manis masa muda, maafkan, jika aku melupakanmu,
Sementara air pasang dunia membawa durhaka;
Keinginan dan harapan lain menimpa sang bayu
Harapan yang mengaburkan, tetapi tidak bisa membuatmu salah!
Di Kaki Merbabu
Tidak ada cahaya kemudian yang menerangi jalanku,
Tidak ada hari kedua yang bersinar untukku;
Semua kebahagiaan hidupmu tercinta diberikan,
Semua kebahagiaan hidupku ada di Kaki Merbabu bersamamu.
Tapi, ketika hari-hari baik itu telah lenyap,
Dan bahkan tidak berdaya sudah datang,
Kemudian belajar bagaimana ketiadaan bisa dihargai,
Diperkuat, dan diberi apapun tanpa kegembiraan.
Lalu apakah perlu gairah yang tidak berguna Â
Di Kaki Merbabu menyapih jiwa  dari kerinduanmu;
menolak keinginan mempercepat waktu
Turun mencari bunga baru dari milikku.
Dan, meski begitu, Â kamu tidak berani merana,
Di Kaki Merbabu memanjakan diri dalam rasa sakit;
Begitu meminum dalam penderitaan yang paling pahit itu,
Bagaimana kamu mencari dunia dalam kekosongan jiwa?