Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gunung Merapi

27 Januari 2021   16:14 Diperbarui: 27 Januari 2021   16:18 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Merapi

Dunia, gunung, laut, bebatuan kita selalu berubah,
Menata ulang secara konstan.
Dari kedalaman samudra hingga puncak gunung,
alam bergerak dan berbicara.

Pasir waktu telah membuat ketakutan
Langit biru di tempat tinggi tidak lagi jernih
Bintang-bintang terang dari mana mereka datang
Sekarang redup, kabur, kabut polusi

Ibu Pertiwi ini,
Yang memberi kita kehidupan;
Ibu Pertiwi ini,
Hati dipenuhi dengan perselisihan,

Bumi kita indah dilihat dari langit.
Tapi tunggu! Apakah Ibu akan menangis?
Planet biru ini berguncang dan gemetar serta meneteskan air matanya
Saat merasakan perang dan rasa sakit dari ketakutan kita.

Kami benar-benar minta maaf karena kesalahan kami sebagai manusia
telah merusak persatuan kita dengan Gunung Merapi, tanda kebesaran Alam,
Sebuah kesalahan kami seolah 'membenarkan pendapat buruk itu, ini
Yang membuatmu marah dan membuat kami terkejut
padaku, temanmu yang malang, yang lahir di bumi
Sebuah' kita adalah sesama makhluk hidup, Manunggaling Kawulo Gusti!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun