Dokter  Soetomo, dan Rasionalitas Kebangsaan
Dokter Sutomo atau "Soebroto" dimakamkan di Gedung Nasional Bubutan, Surabaya. Serta diberi gelar Pahlawan Pergerakan Nasional pada 1961. Kontribusi Dokter  Soetomo adalah lahirnya Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20, di mana rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia". Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Maka ada 3 peristiwa penting dalam moment terbentuknya Indonesia yakni Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928), dan 17 Agustus 1945. Berdirinya Budi Utomo (BO) pada 20 Mei 1908 dinilai sebagai awal gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Tanggal berdirinya BO diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Lalu apa Sumbangan Rasionalitas Kebangsaan Dokter  Soetomo, kemudian menjelma menjadi  Budi Utomo ("bodhi atau budhi") yang berarti keterbukaan jiwa, pikiran, akal, atau martabat manusia. Para tokoh-tokoh pendiri BO adalah yaitu Sutomo, Gunawan, Suraji dibantu oleh Suwardi Surjaningrat, Saleh, Gumbreg. Â
Tentu dari berbagai sumber di peroleh jawaban bahwa kondisi batiniah dan pengalaman pahit sehingga memunculkan gerakan BO (Boedi Oetomo) kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional maka setdaknya terdapat faktor sosial masyarakat pada masa itu seperti kekondisian bangsa Indonesia pada saat itu, misalnya faktor Internal; (a) Penderitaan sosial ekonomi rakyat yang berkepanjangan; memunculkan keperdulian (b) lahirnya golongan yang terpelajar;
Implikasinya adalah gagasan BO adalah rasio instrumental akan menentukan kemajuan selanjutnya, baik individu maupun masyarakat, terutama ketika masyarakat menjadi lebih penting daripada negara. Keadaan  dicapai dalam demokrasi perwakilan di mana oposisi antara penguasa dan yang dikuasai menghilang, dalam arti bahwa penguasa hanya mewakili kepentingan yang diperintah.
Demokrasi seperti itu  memungkinkan kebebasan individu, tetapi tidak akan menjaminnya. Ketika masyarakat menjadi bebas dari batasan-batasan pemerintah, ia mulai memperkuat kepentingan segelintir orang yang terpilih dan berkuasa, yang mengancam kebebasan individu dengan cara baru.
Saya membayangkan gerakan BO bergumul dengan fenomena masalah masyarakat berkembang sedemikian rupa untuk mencegah penindasan individu oleh mayoritas (penjajah) yang semakin kuat dan percaya diri. Kemajuan sosial hanya dapat terjadi jika kebebasan individu diberikan batasan, tetapi juga mengharuskan kebebasan individu pada  batasan tersebut.
Dan dengan kapabilitas dikembangkan dan asah dalam sistem pendidikan yang baik. Dengan demikian, Â BO menekankan nilai fundamental individualitas, pengembangan pribadi, baik untuk individu maupun masyarakat untuk kemajuan masa depan.Â
Gerakan BO, manusia beradab adalah orang yang bertindak berdasarkan apa yang dia pahami dan yang melakukan segala daya untuk melakukannya. Pengertian moral di mana kebebasan membatasi kebebasan mengacu pada norma-norma pengakuan yang sama, musyawarah publik antara orang-orang yang saling menghormati sebagai orang yang bebas dan setara;
Satu-satunya hal baik tanpa syarat di dunia, menurut pemahaman umum, adalah niat baik. Nasib baik, kesehatan, akal budi dan bahkan kebahagiaan yang dipahami secara luas bukanlah kebaikan tanpa syarat. BO tidak memuji orang jahat (para penjajah) yang mencapai tujuannya dan pergi menuju matahari terbenam menikmati kemenangannya. BO mengutuknya dan berharap rencananya gagal. Viso BO adalah menjadi layak untuk bahagia, yaitu memiliki niat baik masa depan Bangsa Indonesia adil makmur.
Gerakan BO Â mencatat bahwa asumsi penting yang diperlukan untuk tanggung jawab moral adalah gagasan bahwa kita sebagai umat manusia memberikan hukum moral pada keinginan kita sendiri (kemandirian bangsa). Kita berkata kepada diri kita sendiri, "Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan, jadi kita akan melakukannya." Kita tidak tahu bagaimana mungkin bagi kita untuk dengan bebas menentukan keinginan kita sendiri, sebagai makhluk yang bertanggung jawab secara moral.
Saya menduga kelompok pendiri BO memperjuangkan keutamaan  manusia itu istimewa karena tanggung jawab moral, yaitu pintar sehat lahir dan batin. Pendiri  BO percaya  bahwa kapasitas ini memberi setiap individu manusia sebuah martabat, bukan harga. Artinya, kita tidak boleh menukar hak dan kepentingan sah setiap manusia dengan hal lain.Â
Kita tidak boleh memperlakukan orang lain atau diri kita sendiri hanya sebagai sarana untuk tujuan lain, tetapi selalu sebagai tujuan dalam diri kita sendiri (itulah martabat bangsa Indonesia).
BO ingin memperjuangkan Indonesia sebagai sebuah negara setara, di mana semua kekuasaan dan yurisdiksi bersifat timbal balik, tidak ada yang memiliki lebih dari yang lain; tidak ada yang lebih jelas, selain bahwa makhluk dari spesies dan peringkat yang sama, yang lahir secara sembarangan untuk semua keunggulan alam yang sama, dan penggunaan kemampuan yang sama, juga harus sama satu sama lain tanpa subordinasi atau ketundukan dengan pernyataan nyata apa pun dari keinginannya, mengatur satu di atas yang lain, dan menganugerahkan kepadanya; Dan manusia memiliki "kebebasan sempurna" untuk bertindak dan menggunakan properti mereka "sesuai dengan anggapan mereka"; bahwa hak atas kebebasan ini sama untuk semua "tanpa subordinasi atau ketundukan"; dan bahwa "semua orang" harus dilarang melanggar hak-hak orang lain dan  setiap orang memiliki hak untuk mempertahankan hidup dan harta benda mereka dari invasi (penjajah) semacam itu.
Perjuangan BO adalah mendukung dua prinsip keadilannya adalah cita-cita normatif intuitif tentang warga Negara Indonesia  yang bebas dan setara. Prinsip keadilan,  dengan ketentuan  warga negara memiliki kepentingan dasar dalam mengembangkan kapasitas moral mereka dan mengejar konsepsi mereka tentang kehidupan yang baik, dimaksudkan untuk memberikan interpretasi yang lebih tepat tentang apa yang terlibat dalam memperlakukan warga Negara, bebas dan setara.Â
Pertama  adalah memeriksa  tentang jenis kebebasan yang harus dijamin oleh masyarakat yang adil secara setara kepada warganya. Kedua,  mempertimbangkan sejauh mana prinsip keadilan  berhasil melindungi kebebasan sebagai non-dominasi semua warga negara sehingga dapat secara efektif memperlakukan mereka sebagai orang yang bebas dan setara.Â
Gagasannya tentang kebebasan dalam hal-hal penting mirip dengan gagasan ide republik tentang kebebasan sebagai non-dominasi (kehidupan bangsa Indonesia tanpa penjajah). Mempertimbangkan sejauh mana prinsip keadilan berhasil melindungi kebebasan sebagai non-dominasi semua warga negara sehingga dapat secara efektif memperlakukan mereka sebagai orang yang bebas dan setara (tidak dijajah atau menjajah). Bagi BO kebebasan dalam berbagai pilihan membutuhkan menghindari segala bentuk kontrol oleh orang lain (terutama penjajah);
Ketidakadilan disebabkan oleh pelestarian bentuk-bentuk kehidupan sosial berdasarkan ketergantungan yang bertentangan dengan orang lain, dengan sumber dominasi struktural yang memunculkan sumber-sumber penundukan yang lebih dalam. Tugas BO di sini adalah untuk mendukung apa yang disebut sebagai "sumber daya dan perlindungan yang disampaikan secara publik" yang memperkuat kebebasan rakyat, dan cita-cita kemerdekaan Indonesia;
Dengan demikian penyediaan kesejahteraan sosial bukan hanya tujuan politik tetapi juga fundamental bagi kebebasan, termasuk kebebasan mandiri berdaulat. Ide  republikanisme mencakup persyaratan obyektif dan subyektif yang diperlukan untuk kebebasan yang memiliki kedalaman dan keluasan. Luas berarti  semua warga negara memiliki kesamaan dalam hal-hal seperti kekuasaan, martabat, dan otoritas dalam persemakmuran yang bebas, di mana orang,  "dapat diucapkan dengan bebas, akrab, ramah [dan] tanpa pemujaan.
"Kedalaman, di sisi lain, mensyaratkan ide republikan mampu mengatasi "bentuk-bentuk penundukan yang lebih dalam" sehingga "dominasi struktural dapat dinegasikan", dengan dominasi struktural sering termasuk dominasi oleh institusi penjajah. Maka, memiliki kedalaman berarti memiliki kebebasan dan perlindungan yang terkait dengan kebebasan sebagai nondominasi.Â
Kondisi di era kebangkitan nasional BO banyaknya warga Negara Indonesia yang miskin, tidak rasional, tanpa perawatan kesehatan yang memadai. Bagaimanapun, kemarahan para BO pada masa itu masuk akal untuk mengasumsikan kedalaman kebebasan dalam perlakuan semacam ini tidak pantas;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H