Prinsip ini dikemukakan sebagai sesuatu yang "diwujudkan oleh cahaya alami" dengan sendirinya digambarkan sebagai kekuatan kognitif yang hasilnya tidak dapat diragukan lagi, seperti persepsi yang jelas dan berbeda. Descartes kemudian menerapkan prinsip itu tidak hanya pada keberadaan gagasan tentang Tuhan sebagai keadaan pikiran, tetapi pada isi gagasan itu.
Descartes mencirikan konten itu sebagai tidak terbatas, dan dia kemudian berpendapat bahwa konten yang mewakili ketidakterbatasan membutuhkan makhluk tanpa batas sebagai penyebabnya. Karena itu, ia menyimpulkan bahwa makhluk yang tak terbatas, atau Tuhan, pasti ada. Dia kemudian menyamakan makhluk tak terbatas dengan makhluk sempurna dan bertanya apakah makhluk sempurna bisa menjadi penipu.
Ide Descartes Gnothi Se Authon  melalui pembatinannya pada metode Skeptisisme dan dualisme pikiran-tubuh telah digabungkan untuk menciptakan pemahaman tentang pikiran manusia sebagai terkunci di dalam tubuh dan terpisah dari dunia. Bagaimana pikiran ini bisa mengetahui apa pun tentang dunia adalah sebuah misteri, dan kepastian pengetahuan ini dipertanyakan dengan tajam. Konsepsi pikiran ini begitu alami bagi kita sehingga terkadang sulit untuk memahami bahwa dunia pra-Kartesius memiliki pandangan yang jauh lebih skeptis terhadap pengetahuan dan persepsi indrawi.
bersambung _____
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H