Apa itu disiplin? Secara umum disiplin dalam artian "tepat waktu" (misal "dalam perang bertempur telat waktu, dan salah startegi berakibat adalah kematian pasukan atau kekalahan"), Disini tidak hanya artian "tepat waktu" sempit tetapi penuh pertimbangan rasional, banyak sudut pandang, serta hasilnya adalah keutamaan tindakan etis bermoral. Kongkritnya sikap itu harus satu jalur antara batin, ucapan, dan tindakan; maka semua kata direpleksikan terukur, terkendali, dan tidak menyalahi norma "papan, empan, andepan".Â
Ke (4) Pak Bapak Luhut Binsar Pandjaitan (LBP), memiliki sikap mental "mau belajar" secara terus menerus dengan orang lain. Inilah keunggulan pak LBP, sikap mental "mau belajar dengan akhli; entah itu bidang ekonomi, investasi, kelautan, moneter fiscal, teknologi, sampai ilmu farmakologi. Sikap seperti ini kadang jarang dimiliki mereka yang secara umum pada posisi mapan, dan memiliki kekuasaan, tetapi tidak bagi pak LBP.Â
Sikap mau belajar dengan akhlinya ini memungkinkan Pak LBP, seperti  apa yang dikatakan oleh filsuf besar Jerman abad ini Hans Georg Gadamer: (1) memungkinkan peleburan fusi horizon (mengkombinasikan semua sudut pandang) yang berbeda-beda dalam satu kesatuan berpikir bertindak secara utuh dan tidak tercerai berai; (2) menghasilkan sikap "wisdom" dalam artian perluasan sudut pandang, dan batas ruang yang masih  mungkin pada objektivitas dan rasionalias manusia; pak LBP  adalah contoh manusia Indonesia yang berbakti pada NKRI dalam hidupnya penuh rasionalitas, harga diri dan selalu menjaga tatanan.
Terlepas dari kritik berbagai pihak dan itu wajar dalam Negara demokrasi, pada akhirnya saya meminjam apa yang dikatakan dalam dikatakan filafat Plato atau Platon, dalam buku The Republic, bahwa Jenderal Purn TNI Luhut Binsar Pandjaitan (LBP),  mampu mengikuti "proses turun naik gua"; untuk  dapat menanjak, dan kembali ke dalam gua untuk memberikan pencerahan dalam komunitas, masyarakat, negara.Â
Platon pada buku Republic kemudian menggambarkan Filsuf Alamiah (philosophos phusis) melalui jalur pendidikan ["Paideia"] sehingga membuka bisa "mata jiwa", dan membalikkan pengetahuan untuk mencintai (philein) dan kebijaksanaan (sophia) dan kemudian mampu menegakkan (mengatur) wilayah res publica (tatanan) secara adil dan mengemban tugas utama sebagai pendidik warga negara atau negarawan (kalos kagathos). Sekian dan terima kasih__
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H