Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)

8 Desember 2020   22:27 Diperbarui: 20 Oktober 2022   20:29 4030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)

Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa, Bagian 5)

Rahayu rahayu Sagung Dumadi,___Tulisan ini adalah diskursus ke 5, dan merupakan satu rangkaian dengan diskursus 1,2, 3 dan 4 sebelumnya dengan tema Sedulur Papat Limo Pancer pada Kajian Filsafat Roh Jawa sebagai upaya menemukan "diri" dan menemukan Tuhan Maha Esa {"Tan Keno Kinoyo Opo"}. Sesungguhnya ada point penting disini bahwa Kajian Filsafat Roh Jawa dalam tatanan dimaksud adalah  sebagai berikut:

Sedulur Papat Limo Pancer 1 (satu) di mana ada 4 watak umum manusia yakni sifat "aluamah supiah amarah, mutmainah" direpresentasikan dalam:

  1. Utara menjadi warna hitam, bisanya  suka makan enak atau isi perut, ngomongin orang atau berwarna hitam
  2. Timur ; menjadi   warna putih;  suka kekayaan, materi, property dan kepemilikan, wanita, tahta, harta, tapi lupa asal usul, egoism. 
  3. Selatan menjadi berwarna merah suka rebut berantam dan konflik, tidak harmonis, antagonis,  
  4. Barat menjadi warna kuning;  suka pada metafisik, keahlian pada beda pusaka, ilmu kanuragan, bakar kemenyan, dan makhluk gaib; menemukan alam gaib di tempuran 4 sungai dst; 

Sadulur papat Lima Pancer tema ke 2 (dua): Weton Utama "Kliwon"  pada  Jawa Kuna dengan pendekatan arah angin, dan ruang waktu Klendarium:

  1. Wage  atau arah utara maka ada hari pasar "Wage"
  2. Pahing atau arah selatan maka ada hari pasar "Pahing"
  3. Pon atau arah barat maka ada hari pasar "Pon"
  4. Legi atau arah timur maka ada hari pasar "Legi"

Dokpri-2020
Dokpri-2020
Sadulur papat Lima Pancer 3 (tiga), melalui keutamaan 5 yakni "Sang Hyang Batara Kala" atau "Waktu" dengan 4 sadulur (data Indrawi : hidung, mata, telinga, dan mulut) di trans substansikan;
  1. Lobang Hidung ("Timur") ; menjadi warna putih;  sukma purba,  dihuni   oleh Batara Bayu; atau teks  Sunda Wiwitan Sang Hyang Wening _Wisnu
  2. Telinga ("Barat"), warna kuning;  dihuni batara Sambu atau  teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wenang _ Brahma
  3. Bibir dan Mulut  ("Selatan"),  sukma wasesa, berwarna merah suka rebut berantam dan konflik dihuni oleh Batara Brahma atau teks  Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal_ Sang Hyang Guru Siwa;
  4. Mata  disimbolkan wilayah (Utara), warna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten; atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal_ Mandala Agung;  Atau pada tulisan ke 4 sebelumnya saya sebutkan sebagai Sedulur Papat berupa Lobang Hidung, Telinga,  Bibir dan Mulut; Mata. Dan Kelima pancer adalah "Kelenjar Pineal";

Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)
Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)
Sadulur papat Lima Pancer; 4 (empat), dari rerangka anasir Kuna: bumi, air, udara, dan api) ditransformasikan dalam nama dan bentuk lain yakni {"ketuban, Pusar atau udel, Darah, Ari-ari"},  kemudian di lakukan repetisi menjadi;

Sadulur papat Lima Pancer 5 (lima) Sajen Sedulur Papat adalah salah satu sesaji atau sajen yang berupa aneka macam jenis nasi atau sega untuk menghormati empat saudara kembar yang berada di empat penjuru mata angin atau biasa disebut dengan sedulur papat lima pancer, dengan urutan sebagai berikut:

  1. Sega putih adalah ubo rampe  berupa nasi putih disejajarkan dengan arah timur atau Tirtanata, symbol  kakang kawah.
  2.  Sega cemeng atau nasi hitam adalah ubo rampe   berupa nasi hitam diasumsikan mewakili  arah utara atau disebut Warudijaya. Sega cemeng menggambarkan tali pusar.
  3. Sega Abang atau nasi merah adalah ubo rampe yang berupa nasi merah. diasumsikan mewakili  arah selatan atau Purbangkara,  menggambarkan symbol darah.
  4. Sega Kuning atau nasi kuning adalah ubo rampe diasumsikan mewakili arah barat atau   Sinotobrata;  menggambarkan symbol  adik ari-ari.

Sesungguhnya Sajen Sedulur Papat adalah bentuk lain dari mahakarya seni agung, ingin menyatakan  ada sesuatu yang (fixed), misalkan manusia tidak mungkin membikin padi, membuat nasi, dan seterusnya; "Sajen Sedulur Papat" adalah ungkapan Nirkata, meniru dengan meminjam "tata" (menata karya seni) atau karya sastra non kata dalam bentuk proses atau jika dikaji secara ilmiah dia adalah bentuk aplikasi Aristotle's Four Causes (dari bentuk material, formal cause: efficient cause: dan  final cause).

"Sajen Sedulur Papat" adalah pergeseran tindakan batiniah menjadi lahiriah. Ia adalah perubahan non materi, menjadi materi, untuk mencapai Geist mental Jawa Kuna; "Sajen Sedulur Papat" adalah repetisi atau mimesis peniruan karya mikrokosmos pada makro kosmos untuk akhirnya bisa menemukan Tuhan Maha Esa {"Tan Keno Kinoyo Opo"}.

Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)
Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)
Sadulur papat Lima Pancer 6 (enam) adalah bunyi atau suara pada Musik Aesthetics Gamelan "Nang Ning Nung Neng Gong";  sebagai paripurna olah rasa (rahsa/roso) dalam setiap ritual kehidupan manusia Jawa Kuna;

Ada banyak makna yang bisa diartikan pada kata ini (dalam Jawa Kuna tidak ada yang disebut makna tunggal pada sebuah kata bisanya memiliki 8 arti minimal atau Dasa nama);

Misalnaya saya tafsir Musik Aesthetics Gamelan "Nang Ning Nung Neng Gong"; kata ("Nang") artinya wenang, tirakat, semedhi, maladi hening, raga, jiwa dan akal budi. ("Ning") artinya wening atau hening, (suksma sejati, jiwa). ("Nung") artinya kesinungan. Pada bentuk kongkrit bermakna  utama (laku utomo). ("Neng") artinya heneng atau kemampuan totalitas jiwa (berserah diri), ("Gung") artinya agung atau keagungan atau kemuliaan Tuhan sebagai segala sesuatu;

Musik Aesthetics Gamelan  mengutakamakan keseimbangan bunyi kenong, saron, kendhang, dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama dari ke atau menuju merepresentasikan jiwa dan pemujaan kepada Sang Ilahi yang bersifat sacral/Agung. Perjalanan batin dan Jiwa manusia Jawa (Mengerti) bahwa Tuhan selalu diingat (sadar) di manapun dan kapanpun  ada dalam waktu bersifat  (eling);

Itulah hakekat "Nang Ning Nung Neng Gong";  menyatakan kehidupan manusia ini ada dalam Siklus, dan berreinkarnasi menuju "kekembalian hal yang sama secara Abadi";   tidak mungkin memahami Seni tanpa Ilmu Kebijaksanaan sama saja dengan nihil;

Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)
Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)
Bagimana pemahaman sesajien ini dalam tafsir hermeneutika, dan semiotika agar memiliki tempat dalam "Kebermaknaannya?

Kesatu  (1)  kosmologi "Gerak Bantul" atau alam makro kosmos pada dirinya sendiri sebagai objek secara bersamaan menghasilkan pemahaman reduksi dan idiologis. Penyatuan  diri manusia dengan makrokosmos  melahirkan korelasi pengetahuan batiniah manusia (buana alit) dengan keteraturan alam semesta; 

Bahwa kosmologi atau tatanan semesta (buana agung) dalam jiwa/roh/mental  dan kontemplatif (Seweka Darma) tidak lepas dari perjalanan ziarah sembah Roso manusia yang secara hermeneutika disebut "Sanghyang Atma", dengan mengandaikan manusia ada disebabkan oleh Sang Penggerak ada untuk menemukan air purwita sari (air Cikahirupan);

Kembalinya pada pemahaman kehidupan sebagai sumber dan tujuan "mengada (Dasain") umat manusia menyebutnya sebagai  "urip iki ono sing nguripi", maka "Dao" atau ibu dan bapak sebagai reduksi dari "Sang Hyang Kersa" menghasilkan fakta empiric dari segala sesuatu menjadi ada dan nyata;

Maka akhirnya "Ada Total, dan Ketidakadaan Total"; kepenuhan menggambarkan ketiadaan total, dan bersamaan ada dimana-mana (Sarwa Tunggal Wisesa) yang bersifat diametrical dab paradox. Bahwa  pemahaman diri manusia yang otonom menghasilkan diri manusia yang terus mengalami lingkaran penderitan, dan penderitaan tak dapat dipahami. Maka korelasi manusia dan semua hal ada didunia ini harus terhubung dan saling berinteraksi sesuai fungsi tatanannya masing-masing;

Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5) Dokpri
Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5) Dokpri
Pertanyaan berikutnya adalah bagimana kongkritnya Kajian Filsafat Roh Jawa, Sadulur papat Lima Pancer ini dapat dijelaskan?

Ke (1) Sadulur papat Lima Pancer  adalah ungkapan batiniah Interprestasi psikologis mental dunia dari pergerakan 4 anasir alam kemudian ditranformasikan dalam proses NACHERLEBEN (pemikiran Schleiermacher) atau mengambil alih tatanan alam kedalam diri manusia, serta menghasilkan kesadaran mental dalam bentuk sastra serta interpretasi  gramatis-nya; 

Ke (2) Sadulur papat Lima Pancer  adalah  bentuk transcendental aesthetic (seni) perannya mempertemukan: jiwa, Tuhan, dan realitas, termasuk semua tafsir symbol dikonstruksikan melalu cara meniru atau tiruan alam melalui cara  dari seni ke ilmu Jiwa (sistem interprestasi) ditafsir ulang; 

Ke (3) Sadulur papat Lima Pancer  adalah  bentuk umum "kecemasan eksistensial" manusia mempertanyakan tidak paham persis dari mana menuju kemana, kemudian mencari cara bagimana cara "mendunia" ("memahami") melalui ekspresi roh atau mental; 

Ke (4) Sadulur papat Lima Pancer  adalah satu sisi mengalami paradox (ada, sama, berbeda, diam, gerak), adalah ketidakmungkinan karena "tidak pernah bertemu antara aku dengan engkau (bukan aku) akibat kegagalan manusia sebagai makluk sejarah "ruang, dan waktu";

 Ke (5) Sadulur papat Lima Pancer  adalah "Peleburan fusi horizon"; baik horizon waktu, dan horizon cara pemahaman/cara pandang; 

Ke (6) Sadulur papat Lima Pancer  adalah percaya mencari pemahaman sesuai konsep Demitologisasi (eksegesis) semua terarah pada dogma tertentu, kemudian di cari episteme_nya,  Kemampun interprestasi Mitos (metode tafsir makna di balik itu semua dan penadasarannya sebagai cara memahami dunia); Sadulur papat Lima Pancer berusaha dengan mitos penciptaan (kosmogoni) mengawinkan antara obyektifitas dengan subyektifitas, antara yang saintis dengan filosofis, antara ilmu dan seni, antara yang ontentik dengan yang artikulatif, antara ada dan kekosongan untuk memperoleh pemahaman manusia dengan alam; 

Ke (7) Sadulur papat Lima Pancer  adalah "Labirin" dan ungkapan Nirkata (metafisik); gestur, mimik, gerak dan seterusnya berada di luar kemampuan re_ cogisi,  re-_afeksi, re_motorik  tidak mungkin ditemukan kembali apa yang disebut otentik dan paling benar. 

Ke (8): Sadulur papat Lima Pancer Weton adalah representasi  (Waktu dan Ruang); Utama "Kliwon"  pada  Jawa Kuna dengan pendekatan arah angin, dan ruang waktu: Wage  atau arah utara maka ada hari pasar "Wage"; Pahing atau arah selatan maka ada hari pasar "Pahing";  Pon atau arah barat maka ada hari pasar "Pon";  Legi atau arah timur maka ada hari pasar "Legi";

Filsafat Jawa Kuna pada waktu dan ruang adalah dua konsep terpenting. Menurut   mereka adalah struktur fundamental yang memungkinkan kita untuk mengalami dunia seperti yang kita lakukan. Waktu adalah kondisi pengalaman batin kita, dan ruang adalah kondisi pengalaman luar kita. 

Masalah yang ingin dibahas   dalam skematisme adalah bagaimana kategori dapat diterapkan pada penampilan luar, jika kategori tersebut seluruhnya intelektual dan penampilan sepenuhnya empiris. Hal ini bermasalah karena, "dalam memasukkan objek ke dalam konsep, representasi yang pertama harus selalu homogen dengan yang terakhir", tetapi kategorinya tidak dapat homogen dengan penampilan.

Untuk mengatasi masalah ini, "harus ada beberapa hal ketiga,  harus homogen di satu sisi dengan kategori, dan di sisi lain dengan penampilan, dan dengan demikian memungkinkan penerapan yang pertama ke yang terakhir. Representasi mediasi ini adalah skema transendental. Skema transendental apriori,karena itu adalah bagian dari pikiran kita yang berhubungan dengan kemungkinan mendasar dari pengalaman kita.

Skematisme adalah proses yang terjadi dalam imajinasi. Penting untuk dicatat terlebih dahulu bahwa skema suatu objek bukan hanya gambar dari objek ini yang dibuat oleh imajinasi, karena gambar itu khusus sehingga tidak dapat memberi kita konsep umum. Sebaliknya, skema adalah proses di mana imajinasi dapat menghasilkan gambar sama sekali.

Dengan kata lain, ini adalah bagaimana kita dapat mengenali bahwa objek tertentu adalah bagian dari kumpulan objek yang lebih besar, bahkan ketika kumpulan yang lebih besar itu mungkin hanya berbagi beberapa fitur umum dengan objek di depan kita.

Skema adalah proses yang memungkinkan kita menggunakan kategori untuk mengidentifikasi aspek-aspek tertentu dari suatu objek dalam pengalaman, dan kemudian memasukkannya ke dalam konsep yang lebih umum. Ini juga memungkinkan skema menjadi apriori, karena ini adalah proses dasar imajinasi, bukan gambar yang ditemukan dari pengalaman.

Setiap skema adalah penentuan waktu transendental. Waktu, tidak seperti ruang, adalah homogen dengan kategori dan penampilan, karena sebagai bentuk indra batin, "waktu adalah kondisi langsung dari penampilan dalam, dan dengan demikian kondisi perantara juga dari penampilan luar. Ini karena semua representasi diintuisi secara internal, meskipun objek yang diwakili adalah tampilan luar. 

Maka "waktu adalah kondisi formal, apriori, dari semua penampilan apapun. Ruang, sebagai bentuk murni dari semua intuisi eksternal, adalah suatu kondisi, apriori, dari fenomena eksternal saja. Ini adalah alasan  mengapa setiap kategori harus dirancang sebagai penentuan waktu, bukan penentuan ruang. 

Cara lain untuk melihat ini adalah kembali ke imajinasi, yang mana sebagai wujud intuisi batiniah harus ditentukan oleh waktu. Setiap kategori memiliki skema transendentalnya sendiri. Dalam melihat skema ini, akan menjadi lebih jelas apa itu penentuan waktu.

Bersambung ke tulisan ke 6__

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun