Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa 5)

8 Desember 2020   22:27 Diperbarui: 20 Oktober 2022   20:29 4030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skema adalah proses yang memungkinkan kita menggunakan kategori untuk mengidentifikasi aspek-aspek tertentu dari suatu objek dalam pengalaman, dan kemudian memasukkannya ke dalam konsep yang lebih umum. Ini juga memungkinkan skema menjadi apriori, karena ini adalah proses dasar imajinasi, bukan gambar yang ditemukan dari pengalaman.

Setiap skema adalah penentuan waktu transendental. Waktu, tidak seperti ruang, adalah homogen dengan kategori dan penampilan, karena sebagai bentuk indra batin, "waktu adalah kondisi langsung dari penampilan dalam, dan dengan demikian kondisi perantara juga dari penampilan luar. Ini karena semua representasi diintuisi secara internal, meskipun objek yang diwakili adalah tampilan luar. 

Maka "waktu adalah kondisi formal, apriori, dari semua penampilan apapun. Ruang, sebagai bentuk murni dari semua intuisi eksternal, adalah suatu kondisi, apriori, dari fenomena eksternal saja. Ini adalah alasan  mengapa setiap kategori harus dirancang sebagai penentuan waktu, bukan penentuan ruang. 

Cara lain untuk melihat ini adalah kembali ke imajinasi, yang mana sebagai wujud intuisi batiniah harus ditentukan oleh waktu. Setiap kategori memiliki skema transendentalnya sendiri. Dalam melihat skema ini, akan menjadi lebih jelas apa itu penentuan waktu.

Bersambung ke tulisan ke 6__

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun