Ke (3) Sadulur papat Lima Pancer  adalah  bentuk umum "kecemasan eksistensial" manusia mempertanyakan tidak paham persis dari mana menuju kemana, kemudian mencari cara bagimana cara "mendunia" ("memahami") melalui ekspresi roh atau mental;Â
Ke (4) Sadulur papat Lima Pancer  adalah satu sisi mengalami paradox (ada, sama, berbeda, diam, gerak), adalah ketidakmungkinan karena "tidak pernah bertemu antara aku dengan engkau (bukan aku) akibat kegagalan manusia sebagai makluk sejarah "ruang, dan waktu";
 Ke (5) Sadulur papat Lima Pancer  adalah "Peleburan fusi horizon"; baik horizon waktu, dan horizon cara pemahaman/cara pandang;Â
Ke (6) Sadulur papat Lima Pancer  adalah percaya mencari pemahaman sesuai konsep Demitologisasi (eksegesis) semua terarah pada dogma tertentu, kemudian di cari episteme_nya,  Kemampun interprestasi Mitos (metode tafsir makna di balik itu semua dan penadasarannya sebagai cara memahami dunia); Sadulur papat Lima Pancer berusaha dengan mitos penciptaan (kosmogoni) mengawinkan antara obyektifitas dengan subyektifitas, antara yang saintis dengan filosofis, antara ilmu dan seni, antara yang ontentik dengan yang artikulatif, antara ada dan kekosongan untuk memperoleh pemahaman manusia dengan alam;Â
Ke (7) Sadulur papat Lima Pancer  adalah "Labirin" dan ungkapan Nirkata (metafisik); gestur, mimik, gerak dan seterusnya berada di luar kemampuan re_ cogisi,  re-_afeksi, re_motorik  tidak mungkin ditemukan kembali apa yang disebut otentik dan paling benar.Â
Ke (8): Sadulur papat Lima Pancer Weton adalah representasi  (Waktu dan Ruang); Utama "Kliwon"  pada  Jawa Kuna dengan pendekatan arah angin, dan ruang waktu: Wage  atau arah utara maka ada hari pasar "Wage"; Pahing atau arah selatan maka ada hari pasar "Pahing";  Pon atau arah barat maka ada hari pasar "Pon";  Legi atau arah timur maka ada hari pasar "Legi";
Filsafat Jawa Kuna pada waktu dan ruang adalah dua konsep terpenting. Menurut  mereka adalah struktur fundamental yang memungkinkan kita untuk mengalami dunia seperti yang kita lakukan. Waktu adalah kondisi pengalaman batin kita, dan ruang adalah kondisi pengalaman luar kita.Â
Masalah yang ingin dibahas  dalam skematisme adalah bagaimana kategori dapat diterapkan pada penampilan luar, jika kategori tersebut seluruhnya intelektual dan penampilan sepenuhnya empiris. Hal ini bermasalah karena, "dalam memasukkan objek ke dalam konsep, representasi yang pertama harus selalu homogen dengan yang terakhir", tetapi kategorinya tidak dapat homogen dengan penampilan.
Untuk mengatasi masalah ini, "harus ada beberapa hal ketiga, Â harus homogen di satu sisi dengan kategori, dan di sisi lain dengan penampilan, dan dengan demikian memungkinkan penerapan yang pertama ke yang terakhir. Representasi mediasi ini adalah skema transendental. Skema transendental apriori,karena itu adalah bagian dari pikiran kita yang berhubungan dengan kemungkinan mendasar dari pengalaman kita.
Skematisme adalah proses yang terjadi dalam imajinasi. Penting untuk dicatat terlebih dahulu bahwa skema suatu objek bukan hanya gambar dari objek ini yang dibuat oleh imajinasi, karena gambar itu khusus sehingga tidak dapat memberi kita konsep umum. Sebaliknya, skema adalah proses di mana imajinasi dapat menghasilkan gambar sama sekali.
Dengan kata lain, ini adalah bagaimana kita dapat mengenali bahwa objek tertentu adalah bagian dari kumpulan objek yang lebih besar, bahkan ketika kumpulan yang lebih besar itu mungkin hanya berbagi beberapa fitur umum dengan objek di depan kita.