Hukum Karma Indonesia Lama atau "Jawa Kuna"
Apa itu metafora karma? Iya manusia tidak bisa memilih kehidupan maka muncul kekurangan, kesalahan, penderitaan, penyakit, penyelewengan, kegagalan, sakit hati adalah dominasi cacat kehidupan;
Kehidupan adalah kemustahilan tidak dapat diketahui atau dibicarakan, karena kehidupan menampakkan diri sekaligus menyembunyikan diri termasuk kesalahan tersembunyi; Indonesia lama atau Jawa Kuna mengambil sikap "nilai menelan arti kehidupan menyembuhkan manusia pada makna kehidupan":
- "Sabar nrimo, atau "Nrimo Ing pandum", atau "menerima dengan iklas semua kondisi;
- "Sepi ing pamrih rame ing gawe", atau "berkerja melakoni kehidupan dengan minimal pamrih
- "Urip mung mampir ngombe", atau singkatnya waktu hidup itu hanya mampir minum
- Â "Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang"; hidup tidak usah membanding-bandingkan;
- "Manuswa, manjalma, manitis" [ semua bersifat siklis: biji, buah,mati, biji buah, mati]
- "Tan keno kinoyo opo, tan iko-iki" [skeptis dan negativitas makna kehidupan atau penyangkalan diri sendiri bahkan pengingkaran kehidupan"];
- "Ngesti suwung", atau "sunyata" atau "Nirvana" adalah Tiada yang memberikan kedamaian total: atau  kembali dalam kekosongan/ketidakadaan atau hilangnya segala pengetahuan dan keinginan; mencapai "Suksma Kawekas";
Arthur Schopenhauer menyatakan kehidupan didasari, dan diadakan oleh Kehendak Asli yang tidak sadar; kehendak asli ini adalah dorongan buta untuk "mengada" tanpa ada tujuan jelas, dan nilai yang bisa dipahami;
Kenyataan kehidupan seluruhnya tidak dapat diketahui, sedangkan pengertian manusia ['repesentasi"] semuanya irasionalitas; maka satu-satunya jalan melepaskan diri dari semua keinginan; dengan demikian akan mencapai kekosongan atau "Nirvana"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H