- Kosong di kepala dan tidak pernah punya rencana,
Seratus napas membelah udara - saat aku bersandar pohon randu tua
- di satu-satunya pohon yang saya temukan.
- Ini awal atau terlambat mencegah demam dan panas.
- Sawahnya ladang kering. Musim kebencian sudah dekat.
- Hama, dusta, dan penyakit ada di mana-mana,
- anehnya kamu berderap mimpi paling indah,
- tapi kamu sudah tidak ingat pesan ibu leluhurmu
- bagaimana memanggil itu semua menjadi nyata,
- Kosong di kepala dan tidak pernah punya rencana,
- Pertama kali kamu membaringkan diri di pohon randu tua
- Tubuh mu seakan menemukan musik alam kegelapan, tanpa suara
- berderak dan berbisik bersama sang bayu; Kepedihan yang tak tertahankan
- luka batin meninggalkan mu dengan luka bakar asmara di kaki kirimu
- Sebuah pertanda, kata hukum karma, tentang kerinduan.
- Kamu butuh untuk dimiliki kembali tanpa kau pahami.
- Lagipula, wajah kerinduan memang itu seperti
- mendorong berat hati kau dan aku
- melawan kelekatan asmara tanpa raga
- yang namanya membuat kita tetap hidup waspada
- Kosong di kepala dan tidak pernah punya rencana,
- Aku tahu kau berbeda dengan caranya berlari mengejar cinta
- tanpa jeda,
- tanpa rahmat,
- tanpa gangguan,
- tanpa dansa.
- tanpa gombal,
- tanpa mulut berbisa.
- tanpa marah,
- tanpa cemburu.
- tanpa menuntut,
- tanpa menyuruh
- tanpa curiga,
- tanpa memaksa.
- tanpa malu,
- tanpa syarat apapun.
- kamu diberitahu bagaimana bergerak di dunia
- dan membencinya.
- Kamu tahu akhirnya, tidak akan pernah memiliki apa pun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!