- Kosong di kepala dan tidak pernah punya rencana,
Seratus napas membelah udara - saat aku bersandar pohon randu tua
- di satu-satunya pohon yang saya temukan.
- Ini awal atau terlambat mencegah demam dan panas.
- Sawahnya ladang kering. Musim kebencian sudah dekat.
- Hama, dusta, dan penyakit ada di mana-mana,
- anehnya kamu berderap mimpi paling indah,
- tapi kamu sudah tidak ingat pesan ibu leluhurmu
- bagaimana memanggil itu semua menjadi nyata,
- Kosong di kepala dan tidak pernah punya rencana,
- Pertama kali kamu membaringkan diri di pohon randu tua
- Tubuh mu seakan menemukan musik alam kegelapan, tanpa suara
- berderak dan berbisik bersama sang bayu; Kepedihan yang tak tertahankan
- luka batin meninggalkan mu dengan luka bakar asmara di kaki kirimu
- Sebuah pertanda, kata hukum karma, tentang kerinduan.
- Kamu butuh untuk dimiliki kembali tanpa kau pahami.
- Lagipula, wajah kerinduan memang itu seperti
- mendorong berat hati kau dan aku
- melawan kelekatan asmara tanpa raga
- yang namanya membuat kita tetap hidup waspada
- Kosong di kepala dan tidak pernah punya rencana,
- Aku tahu kau berbeda dengan caranya berlari mengejar cinta
- tanpa jeda,
- tanpa rahmat,
- tanpa gangguan,
- tanpa dansa.
- tanpa gombal,
- tanpa mulut berbisa.
- tanpa marah,
- tanpa cemburu.
- tanpa menuntut,
- tanpa menyuruh
- tanpa curiga,
- tanpa memaksa.
- tanpa malu,
- tanpa syarat apapun.
- kamu diberitahu bagaimana bergerak di dunia
- dan membencinya.
- Kamu tahu akhirnya, tidak akan pernah memiliki apa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!