Saya pernah tanya pada suatu diskusi didalam kelas, pertanyannnya adalah konyol tetapi merepotkan juga. Siapakah manusia dan tanah?. Jawaban gampangannya adalah  manusia berada diatas tanah. Semua manusia ada di atas tanah, hidup, berkembang biak, menetap, dan kembali ke dalam tanah.
Tanah dalam mitos dan filsafat Yunani Kuna di sebut Hades. (Rumah Hades) adalah tanah orang mati - tempat peristirahatan terakhir bagi jiwa-jiwa yang telah pergi. Itu adalah dunia yang gelap dan suram di mana hantu tanpa tubuh melayang melintasi bidang abu-abu asphodel.Â
Para penyair Homer tidak tahu tentang Elysian Fields atau Nerarean Hell, lebih tepatnya semua warna - pahlawan dan penduduk desa - beristirahat di kegelapan Haides.
Baca juga : Pendidikan Filsafat Esensialisme dan Para Filsufnya
Manusia hidup dengan mendirikan rumah, kantor, ladang, sawah, pertainan, lapangan bola, jalan raya, jalan tol, jempatan, warung, toko, mall, apartemen, perkawinan, perpisahan,  rumah ibadah, sekolah, asrama, gedung seni, dan apapun kebudayaan manusia semua didirikan diatas tanah.Â
Laut ada di atas tanah, sungai, danau, rawa, pohon, tanaman, ternak, rerumputan, hutan, semua satwa, air, tempat buang air besar, buang kotoran, makam, dan apapun ada diatas tanah, atau di atas bumi ini;
Demikian juga apapun bentuk kekayaan manusia mulai dari kaki sampai rambut, semua alat-alat, semua benda material dalam kehidupan manusia diperoleh dari isi dalam tanah; semua sayur mayor, bahan obatan, bahan industry, uang, tambang, semen, batu, pasir, biji besi, tubungan, mobil, kenderaan, kasur, buku, piring sendok, kompor, mesin, minyak, semua berasal dari keberadaan tanah, tanpa tanah maka semua benda apapun yang tampak dalam tatanan kehidupan manusia menjadi tidak ada apapun;
Baca juga : Pragmatisme dan Tokoh-tokoh Pragmatisme Pendidikan Filsafat
Maka dengan cara ini tanah memperoleh tema penting dalam mitos, mistik, logika, dan kesadaran umat manusia pada episteme tanah atau disebut juga tanah air; maka tafsir filsafat tanah mewujudkan menjadi apa yang disebut dengan "pengolahan, dan pemanfaatan  itu sendiri adalah sama dengan kata sepadan dengan kata "Budaya";Â
Di atas tanah semua "Identitas manusia" dibentuk oleh persimpangan tanah, budaya, dan masyarakat, sehingga menimbulkan martabat manusia, dan seluruh isinya terjaga, terrawat, bersiklus menjadi bentuk harmonisasi;
Tidak ada kehidupan tanpa tanah, maka tanah adalah milik semua manusia, untuk semua, dan dipakai dirawat, menghasilkan, termasuk untuk generasi mendatang pada dunia yang abadi dalam waktu;Â
Maka tanah harus mengandung "properti, kekayaan, dan ketidaksetaraan" bagi semua umat manusia, tanpa ada apa yang disebut ketimpangan, atau penguasaan lahan tanah oleh manusia atau perusahaan tertentu;
Tanah merupakan kekayaan tidak dapat dihitung dengan uang, dijual beli, atau diperdagangkan ia memiliki keluhuran, kesaktian, dan anugrah bagi semua untuk semua dan milik semua;Â
Baca juga : Materialisme dan Pemikiran Tokoh-tokoh Materialisme Pendidikan Filsafat
Tanah juga mampu melakukan pemulihan atas dirinya sendiri, merawat dirinya sendiri, dan sifat umum tanah adalah "memberi tanpa mengharap kembali"; kadang kala disebut ibu pertiwi atau tanah air Indonesia dalam beberapa teks seni sastra umumnya;
Tanah bagi Bangsa dan Negara di konsep "kekayaan" dan "Properti" Â serta memiliki batas territorial dengan Negara lain; wajib dikuasi oleh Negara untuk kemakmuran dan kebahagian umat manusia dalam batas ruang territorial tersebut;
Maka jika ditanya apa yang paling berharga dalam hidup manusia, jawabannya adalah "Tanah Air", tanpa mereka tidak ada kehidupan, tidak ada manusia, dan tidak ada apapun yang bisa kita nikmati dan wujudkan dalam aktulisasi diri kita;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H