Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jawaban Filsafat pada Penutupan Kampus Akibat Epidemi Corona [2]

22 Maret 2020   13:14 Diperbarui: 22 Maret 2020   13:18 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jawaban Filsafat Penutupan Kampus Akibat  Epidemi  Corona [2]

Jawaban  Filsafat Penutupan Kampus Akibat  Epidemi  Corona pada tulisan ke [2] ini dengan meminjam  beberapa pemikiran dalam kajian ini diantaranya [a] pemikiran Aristotle, [b] pemikiran Martin Heidegger, dan [c] pemikiran teori Alienasi Manusia Karl Marx, dan Frankfurter Schule atau Mazhab Frankfurt;

Berikut ini adalah jawaban implikasi pada semua aktivitas tri dharma ini dilakuan dengan mengalihkan tatap muka, pertemuan, dialog, diskusi dan pemaparan ide didepan public dengan menggantikannya melalui teknologi, misalnya e-Learning, e-studi, e-skripsi, e-tesis, atau berbasis online, menggunakan Fitur 'Group Video Calling; atau Video Call whatsapp; e-learning videos, video conference, dan seterusnya;

Implikasi [1] Teknologi sebagai pengganti manusia atau "mediasi"; maka munculnya kehilangan perjumpaan [aku, dan kamu] menjadi relasi [aku dan engkau]; maksudnya adalah jika selama ini kuliah tatap muka, maka ada perjumpaan aku dan kamu; namun sekarang berubah aku dan engkau {teknologi] atau non manusia atau ada media moderating atau perantara supaya aku dan kamu bisa berjumpa.

Media ini [teknologi] sebagai memoderasi mencerabut [mencabut] nilai-nilai manusia seperti perasan manusia diubah menjadi  tidak memiliki perasaan, teknologi  tidak memiliki kecemasan, dan bekerja secara mekanis, sampai akhirnya menggap manusia hanya berkerja dengan logika if,.... than ...., teknologi berasal dari logika buatan [artificial intelligent] atau manusia tiruan cerdas, kaku, sehingga pemanfaatan teknologi secara penuh dikampus dengan sendirinya mencerabut keberakaran manusia yang utuh pada empati, bela rasa, kepekaan, suasana batin manusia.

Aplikasi dan teknologi menghilangkan lebih banyak segi kreativitas, inovasi, dan pembatian karena dibatasi oleh menu-menu pilihan teknologi, menguangi kebebasan manusia, bahkan bisa melanggar hak asasi manusia untuk tumbuh dan berkembang dalam kebebasan. 

Karena manusia disetir menurut kehendak teknologi. Dan diandaikan manusia berada dalam 1 cara pikir, 1 pola tindakan, 1 pola kerja, dengan meniru perintah kecerdasan buatan yang dibuat oleh para Programmer. 

Kita semua terjebak dalam logika Programmer, mematikan kreativitas, inovasi, dan cara berpikir yang melampaui aplikasi tersebut. Apa lagi dalam teknologi "Programmer" manusia dianggap sebagai statis, kaku, tidak bisa berimprovisasi, dan dibatasi, atau menghilangkan fenomena manusia yang utuh dan menyeluruh;

Pada akhirnya Martin Heidegger menyatakan  teknologi akhirnya membunuh manusia itu sendiri dalam artian mencerabut susana batin manusia, nilai-nilai kemanusian, atau "enframing," manusia atau bahaya Machenschaft (atau "permesinan") manusia, dan akhirnya pemanfaatan teknologi membuat "sains tidak berpikir" atau kematian ilmu; Dalam bukunya, The Question Concerning Technology, Heideggerian, tiga jawaban utama untuk pertanyaan itu, pertama-tama teknologi bukanlah instrumen. Kedua, teknologi bukanlah produk dari aktivitas manusia. Dan ketiga,   teknologi itu baik dan nyaman untuk dimiliki, tetapi kenyataannya, teknologi itu adalah bahaya tertinggi.

Teknologi berarti "untuk mengungkap" dalam arti mengungkap yang tersembunyi kebenaran. (Misalnya, Heidegger (1962: 11-12) menghubungkan istilahnya " Entbergen " dengan istilah Yunani " aletheia ", " veritas " Latin dan Jerman " Wahrheit ".) 

Dengan demikian, Heidegger mengadopsi pandangan tentang sifat dasar teknologi;   posisi Aristotle, yang menganggap techne sebagai salah satu dari lima mode pengetahuan, serta pandangan Francis Bacon,   menganggap karya teknis sebagai indikasi kebenaran atau kepalsuan   tentang prinsip-prinsip dasar dan penyebab di alam.  Dan penggunaan  untuk merancang teknologi baru yang memaksa alam dengan cara-cara baru bagimana cara memahami realitas;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun