Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebenaran Itu Tidak Ada, atau Belum Ada, dan 8 Argumentasi Filsafat

28 Februari 2020   21:22 Diperbarui: 28 Februari 2020   21:53 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebenaran Belum  Ada dan Delapan Argumen  Filsafat [tulisan 2] "

Bagimana, dan apa yang disebut benar. Tentu jawabnnya tidak mudah, bahkan dalam banyak tulisan saya di Kompasiana menyatakan "kebenaran itu belum ada, jikapun harus ada maka kebenaran itu bersifat sementara, dan semua kebenaran tergantung sudut pandang atau persepsi "perspektif" atau dikenal dengan istilah sudut padang {"world view"};

Berikut ini rasionalitas dan penjelasan lengkap, dan singkat mengapa kebenaran itu belum ada, dengan rincian sebagai berikut:

Ke [1]; Filsuf Yunani Kuna, Herakleitos (540SM-480SM) "tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen". Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Kemudian Herakleitos menyebut "panta rhei kai uden menei" artinya, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap. Maka ketika ditanya kepada Herakleitos apa itu kebenaran dia tidak menjawab apa apa karena kebenaran hanya goyang-goyang jari saja.

Ke [2] Martin Heidegger pun mengalami kesulitan luar biasa mendefinikan apa itu kebenaran dengan menyatakan "kebenaran itu keras kepala dan suka menyembunyikan diri [disebut sebagai "Aletheia"] dengan menggunakan metafora  karya khusus sepasang Sepatu  Van Gogh ini dalam " The "Origin of the Work of Art". Maka Heidegger menyarankan apa disebut metode [stimug] atau susana batin. Pengetahuan adalah lupa tentang "ada";

Ke [3] Friedrich Wilhelm Nietzsche membuat pengertian kebenaran adalah "Waspada dan menjaga jarak" dengan menyatakan kebenaran itu sama dengan [1] "wanita" dan; [2] sama dengan "bayi" adalah [3] iya, sekaligus tidak. Friedrich Wilhelm Nietzsche mengajurkan sifat pelampaui [beyond] baik dan jahat itulah kategori kebenaran ["iya, dan sekaligus tidak"];

Ke [4] Dalam rerangka filsafat apa yang dikatakan Platon dan Aristotle, dengan membagi kosmos dalam dua tatanan, (a) fana (sublunar). Dan kedua (b) wilayah abadi (supralunar), bersifat dialektika dengan kesinambungannya, konstan, dan tidak mengalami perubahan. Pada sisi waktu kosmos tidak berawal, dan tidak berakhir, abadi dalam waktu. Maka awal penciptaan {material Bahan} dunia adalah 4 anasir api, air, angin dan tanah; mengalami suatu proses apa yang disebut "resistensi alam" atau semacam paradox yang tidak semua bisa dikendalikan akal pikiran. Platon Timaeus. Pada gagasan Sang Demiurgos, dimaknai sebagai "pencipta", "pembuat", "pembangun", atau "perancang dengan 4 anasir alam. Maka ada resistensi pada gagasan "Bentuk vs Kosmos"

Contoh resistensi pada gagasan "Bentuk vs Kosmos" pada kaki manusia hanya bisa ditekuk kebelakang tidak bisa ditekuk kedepan, tangan bisa ditekuk kedepan tidak bisa ditekuk kebelakang. Demikian juga leher kita tidak bisa diputar 360 derajat; oleh karena itulah maka  Jacques Lacan (1901-1981), Niels Bohr (1885-1962), mungkin memiliki kesamaan pengertian tentang {"Niscaya (necessary), atau Kemungkinan (possible)"} bersifat paradoks  sesuatu itu ada  karena sudah dibahasakan, tidak Ada karena belum dikenakan Bahasa.

Ke [5] Filsafat Derrida yang mengembangkan Filsafat Obat, dan Apotik Platon. Gagasannya adalah Pharmakos; Kemudian istilah Pharmakos berubah menjadi pharmakeus menunjukkan obat, ramuan ajaib, penyembuh, racun, dengan ekstensi penyihir atau penyihir. Dengan istilah ini adalah "pharmakon"   berarti tiga makna [a] tanaman, [b] racun, atau [c] obat. Kemudian modern "farmakologi;

Maka tema Dekonstruksi Derrida semua hal apapun  adalah bersifa  "Khora" atau di ruang tersembunyi, dalam bayang-bayang apotek, anteseden terhadap lawan sadar dan tidak sadar, kebebasan dan paksaan, sukarela dan tidak sukarela; Maka semua konsep pemikiran, kata, dan bahasa,   'operasi' tekstual ini telah   dipertaruhkan di sini justru gagasan dikotomi internal / eksternal; jika kata pharmakos yang tidak digunakan Platon meskipun beresonansi dalam teks, maka tidak ada kemungkinan penutupan dalam hal teks atau tersembunyinya kebenaran dalam Wadah atau Ruang {"Khora"]. Derrida mengklasifikasikan obat sebagai sesuatu "di latar belakang"; dengan kata lain, "eksternal" selalu hadir dalam "internal" tidak pernah menjadi kehadiran murni, tetapi tetap tersembunyi sebagai "jejak", kiasan, dan " aporia " dan bukan realitas yang nyata; Maka kata ["obat, dan racun"] pada apotik diandaikan sebagai kebenaran, dan kesalahan ada dalam realitas.

Ke [6] Argumentasi Immanuel Kant, tentang dualitas antara fenomena, dan nomena. Kant menyatakan  Noumena: benda/objek pada dirinya sendiri (das Ding an sich). Semua umat manusia tidak dapat mengetahui noumena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun