Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Manusia Dayak [1]

27 Februari 2020   17:57 Diperbarui: 27 Februari 2020   18:22 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia Dayak, dokpri

Maka "Awahat" dan  [Ave} menikah, dengan lebih dulu membangun peradaban Dayak; Dengan kemampuan 9  indra lengkap Ave melakukan tugas dan syarat tersebut kemudian membangun dalam waktu 6 hari, dan hari ke 7 berhenti kerja.

Maka sisanya 3 batang atau 3 hari disimbol dalam 3 pilar Kebudayaan Dayak Kaharingan yanki {1] Penghulu atau Kepala Adat mengatur jalan dan ketaatan Hukum Adat {Ave}. {2] Balian, Bulian {dari reinkarnasi kata "Ulin"} atau Wadian Dayak melaksanakan kepercayaan {Awahat} dengan mempertemukan dua dunia antara kelihatan dan tidak kehihatan; dan ke [3] adalah warga atau rakyat bisa;

Bagimana sehingga ketiga elemen ini bisa bersatu, maka digunakan 3 media, yakni pedang Luwuh {Wadian Perempuan}, Mandau {Simbol Laki-laki dengan bentu posisi terbalik; dan [3] daun rirung atau daun Hanjuang sebagai penghasil nyawa dan tak bernyawa bisa bertemu, atau menghasilkan minyak "bintang Awai dayak" dari Awahat; maka Awahat juga sering disimbolkan dengan masa menanam padi berladang dayak ketika butir padi ditaruh ditangan jatuh ke bumi  waktu malam hari persis di laku Bintang di langit bernama "Awahat";

Maka tradisi Ijambe Kaharingan Dayak sampai hari ini dilakukan selama 7 (tujuh) hari; dimana 6 hari adalah urusan dan kegiatan manusia bisa, dan pada hari ke [7] adalah membakar ["miapyui"] tulang mayat sebagai metafora masuk dalam aktivitas non manusia {roh alam gaib atau Sorga Datu Tunyung Dayak];

Ketujuh [7] Pohon ulin ini dipakai untuk pohon [1] membangun rumah adat Balai Adat Kaharingan Dayak, [2] pohon umah Betang Dayak, pohon [3] Tamak Dayak {tempat pembakaran tulang Ijambe], dan pohon [4] dipakai sebagai Bolontang tempat upacara pembunuhan hewan korban upacara adat untuk alam semesta lainnya; 

Dan [5]  dipakai membangun Tiang Pusat Rumah masyarakat.  Pohon ke [6] dipakai  Satu  batang lainnya di tanam untuk dikebon atau dipekarangan rumah atau media rumah alam gaib, repesentasi keras hati keras kepala ditamankan dalam diri masing-masing diri orang dayak; pohon [7] dibuat patung disekitar rumah sebagai penjaga akal budi dan representasi sejarah memori masa lalu;

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun