Maka "Awahat" dan  [Ave} menikah, dengan lebih dulu membangun peradaban Dayak; Dengan kemampuan 9  indra lengkap Ave melakukan tugas dan syarat tersebut kemudian membangun dalam waktu 6 hari, dan hari ke 7 berhenti kerja.
Maka sisanya 3 batang atau 3 hari disimbol dalam 3 pilar Kebudayaan Dayak Kaharingan yanki {1] Penghulu atau Kepala Adat mengatur jalan dan ketaatan Hukum Adat {Ave}. {2] Balian, Bulian {dari reinkarnasi kata "Ulin"} atau Wadian Dayak melaksanakan kepercayaan {Awahat} dengan mempertemukan dua dunia antara kelihatan dan tidak kehihatan; dan ke [3] adalah warga atau rakyat bisa;
Bagimana sehingga ketiga elemen ini bisa bersatu, maka digunakan 3 media, yakni pedang Luwuh {Wadian Perempuan}, Mandau {Simbol Laki-laki dengan bentu posisi terbalik; dan [3] daun rirung atau daun Hanjuang sebagai penghasil nyawa dan tak bernyawa bisa bertemu, atau menghasilkan minyak "bintang Awai dayak" dari Awahat; maka Awahat juga sering disimbolkan dengan masa menanam padi berladang dayak ketika butir padi ditaruh ditangan jatuh ke bumi  waktu malam hari persis di laku Bintang di langit bernama "Awahat";
Maka tradisi Ijambe Kaharingan Dayak sampai hari ini dilakukan selama 7 (tujuh) hari; dimana 6 hari adalah urusan dan kegiatan manusia bisa, dan pada hari ke [7] adalah membakar ["miapyui"] tulang mayat sebagai metafora masuk dalam aktivitas non manusia {roh alam gaib atau Sorga Datu Tunyung Dayak];
Ketujuh [7] Pohon ulin ini dipakai untuk pohon [1] membangun rumah adat Balai Adat Kaharingan Dayak, [2] pohon umah Betang Dayak, pohon [3] Tamak Dayak {tempat pembakaran tulang Ijambe], dan pohon [4] dipakai sebagai Bolontang tempat upacara pembunuhan hewan korban upacara adat untuk alam semesta lainnya;Â
Dan [5]  dipakai membangun Tiang Pusat Rumah masyarakat.  Pohon ke [6] dipakai  Satu  batang lainnya di tanam untuk dikebon atau dipekarangan rumah atau media rumah alam gaib, repesentasi keras hati keras kepala ditamankan dalam diri masing-masing diri orang dayak; pohon [7] dibuat patung disekitar rumah sebagai penjaga akal budi dan representasi sejarah memori masa lalu;
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H