Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mendefinisikan Tuhan, Melalui Pemahaman Manusia Soliter*

14 Februari 2020   12:02 Diperbarui: 14 Februari 2020   12:08 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat Analitik | dokpri

Mendefinisikan Tuhan, dan Pemahaman Manusia Soliter  

Agama-agama sudah jelas mendefenisikan Tuhan itu apa, tentu sesuai iman kepercayaan pada Kitabnya masing-masing; dan itu adalah iman yang merupakan pilihan hidup masing-masing; atau sering dipahami pemahaman kaum fundamentalis;

Tetapi bagi saya sebagai Kantian, dan Heiddeggerian mungkin itu pengertian Tuhan dalam artian agama-agama "agama Wahyu" yang kebenarannya [1] keras kepala, dan [2] iman mendahului rasio, dan seterusnya; mungkin bisa dipertanyakan lebih dalam, lebih waras, dan lebih dapat dipertanggungjawabkan;

Pertanyannya adalah bagimana sebuah pengertian apa itu Tuhan dalam persepektif lain, katakan pendekatan kehidupan yang dihayati, pendekatan fenomenologi, atau pendekatan keresahan manusia, atau pendekatan rasa batin yang dialami;

Pengertian semacam ini ada sisi kekurangan dan kelebihannya; kekurangannya jika pemahaman seperti ini terlalu buru-buru dan dalam keadaan tidak stabil sehingga bisa sesat atau berlebihan; atau kekurangan lain menjadi munafik atau anti Tuhan sama sekali; namun sisi kebaikan jika pas resonansinya dan memilih suasana keheningan batin jiwa, kedalaman rasa "sembah roso" memungkinkan kita memahami kehidupan yang paradoks penuh misteri, dan tak dapat dikatakan begitu saja [gampangan];

Tulisan ini adalah pengalaman manusia soliter, dalam kegelisahan sepanjang hidup dalam suasana untung dan malang, suka atau duka, ketidakpastian, dan kepastian untuk membatinkan eksistensi "Tuhan"; ada proses pembatian meniru pada kemiripan pada perjalanan Bima mencari Air Suci, atau perjalanan Batin Epos Homerik, atau narasi seperti Ramayana.

Lalu apa dalil baru pengertian Tuhan oleh saya sebagai  Manusia Soliter ? Dalil baru itu berbunyi "Tuhan adalah Waktu"; bagimana penjelasanya; "Tuhan adalah Waktu";

Ke [1] "Waktu" artian waktu disini adalah dipahami dalam kompleksitasnya yakni [a] waktu secara matematika, dan kedua adalah [b] waktu yang dihayati;  maka penekanan disini lebih banyak. Pengalaman Soliter memungkinkan pemahaman melalui waktu yang dihayati; Waktu yang dihayati dalam artian bersifat: "nacherleben", re experience, empaty, dan transposisi diri; untuk menghasilkan "divinate instuisi atau divinature verstain; melalui waktu untuk  (understanding), sisi dalam, fakta mental, berpartisipasi dalam komunitas, dan  life expression.

Ke [2] "Semua adalah Waktu"; artinya segala sesuatu itu ada berada dalam waktu, usia kita, kelahiran kita, tubuh kita, pikiran, perasaan kita, kecemasan kita, kematian kita, dan kemungkinan reinkarnasi semua "berubah menjadi" ada dalam waktu;

Ke [3] "Kemewaktuan"; memungkinkan  segala sesuatu [being] atau menjadi dalam lima kondisi atau kategori: "sama, beda, gerak, diam, dan ada". Maka "waktu" apa yang disebut "res extensa" yang muncul sebagai res cogitan yang tidak temporal, atau subjek kognisi berubah.

Ke [4] "Waktu" memungkinkan seluruh "Ada" dalam semua hal didunia ini, kehidupan sehari-hari, disposisi, perawatan, keaslian, kematian, ketidakteraturan, temporalitas, dan historisitas. Maka memahami waktu sama dengan berjumpa dengan Tuhan. Dengan waktu melahirkan: sejarah, estetika, kelahiran, dan tindakan revolusioner.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun