Tingkat kedua dari siklus interaksi menyajikan keinginan yang disengaja dan kompleks untuk terlibat dalam konflik baik dalam bentuk pribadi maupun kelembagaan. Peserta menyadari perjuangan mereka untuk bertahan hidup. Contoh tahap dua termasuk peperangan dan retorika.
Pada tahap ketiga konflik telah berakhir, dan akibatnya bagi pemenang menang rampasan. Baik secara paksa atau dengan kesepakatan, para pihak saling mengakomodasi satu sama lain. Perubahan dalam struktur sosial yang dihasilkan dari akomodasi dianggap oleh generasi selanjutnya sebagai tatanan alami masyarakat, sehingga memperkuat stratifikasi.
Pada tingkat keempat, siklus integrasi lengkap dengan asimilasi, yang mengandaikan konsensus tentang nilai-nilai inti masyarakat. Hasil akhir ini, menurut perspektif ekologis ketidaksetaraan, adalah hasil dari proses alami di mana masyarakat mempertahankan tatanan simbiotik dengan menempatkan individu ke dalam posisi sosial alami mereka, sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
Adanya  perbedaan antara ekologi manusia dan tumbuhan dalam hal komunitas versus masyarakat. Komunitas adalah area geografis yang terorganisir di mana populasi tinggal, dan ada dalam hal penyelesaian simbiotik yang tidak disadari untuk ruang dan sumber daya.
Dengan demikian, ini adalah penjelasan yang baik untuk pesanan biotik kehidupan tanaman, karena tanaman bersaing sedemikian rupa. Masyarakat, bagaimanapun, adalah hierarki, yang melampaui struktur biotik dan sosial. Penciptaan masyarakat adalah produk dari interaksi ekonomi, politik, dan moral. Ketiga konsep ini bercampur untuk melembagakan dan stratifikasi populasi secara efektif.
Gagasan Park didasarkan pada Darwinisme Sosial dan Fungsionalisme. Park percaya  hirarki sosial dibentuk oleh struktur dominasi empat tingkat. Kecenderungan untuk mendominasi ini dipandang adil, rasional, dan fungsional. Pertama, ekologi sosial ketidaksetaraan menyatakan  wajar dan tidak terhindarkan  alam dan masyarakat menyingkirkan yang lemah dan tidak kompeten, yang disebut sebagai warga negara yang "patologis" miskin, kriminal, atau gila
 Tingkat kedua yang mengarah ke hierarki adalah salah satu perbedaan stereotip yang tidak jelas, seperti rasisme, yang dapat memprediksi dan tempat alami seseorang dalam masyarakat. Dengan demikian, upaya untuk membantu orang miskin tidak akan membuahkan hasil. Selain itu, teori ini berfungsi, karena dengan menjaga orang-orang di tempat mereka secara alami dapat bertahan, masyarakat mendapat manfaat, ketika kompetisi untuk kekayaan dan status menurun, mengurangi kekerasan dan memperkuat ras dan segregasi kelas.
Teori ekologi sosial tentang ketimpangan tentu saja sudah ketinggalan jaman dan salah arah. Ini mencoba untuk menjelaskan ketidaksetaraan sebagai konsekuensi dari proses alami dan tak terelakkan yang mencerminkan fungsi ekologi tumbuhan dan hewan.
Penjelasan ini terlalu sederhana untuk menjelaskan luas dan dalamnya ketidaksetaraan, karena ia mengabaikan semua realitas historis yang telah menciptakan dan memperkuat dominasi dan struktur ketidaksetaraan selama berabad-abad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H