Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Semiotika Bacon [11]

26 Desember 2019   15:03 Diperbarui: 26 Desember 2019   15:02 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Bacon bermaksud untuk menyelesaikan kesulitan yang dihasilkan (yang harus dihadapi oleh setiap teori sebab akibat berdasarkan konsep 'pengaturan referensi' dan 'pinjaman pinjam') dengan membedakan dua mode pemaksaan. Ini dapat dilihat sebagai kontribusinya yang paling inventif bagi semantik.   

Selain mode pemaksaan 'formal' yang dilakukan oleh ekspresi vokal 'perlokusi' seperti "I call this..." (modus imponendi sub forma impositionis vocaliter expressa)  ada jenis lain yang terjadi secara diam-diam (sine forma imponendi vocaliter expressa)  setiap kali sebuah istilah diterapkan (transumitur)  ke objek apa pun selain pemberi nama pertama telah 'dibaptis' (Bacon, De signis). Sedangkan mode formal pemaksaan mengacu pada situasi mitos dari penemuan bahasa pertama atau tindakan eksplisit menciptakan kata baru, jenis pemaksaan kedua menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi selama penggunaan bahasa sehari-hari. Modifikasi makna kata ini terus-menerus terjadi tanpa pembicara atau orang lain benar-benar menyadarinya. 

Untuk hanya dengan menggunakan bahasa kita "sepanjang hari memaksakan nama tanpa sadar kapan dan bagaimana" (tidak ada yang berarti dan tidak advertimus quando et quomodo)    

3) Sekalipun impositio dalam arti yang dideskripsikan adalah sangat penting bagi pembentukan makna linguistik, makna kata-kata sama sekali tidak terbatas pada itu: "ekspresi vokal menandakan banyak hal yang tidak dipaksakan, karena menandakan semua hal-hal yang memiliki hubungan esensial dengan hal yang dikenakan kata itu.   Dengan cara ini, Bacon mengklaim, kata-kata menandakan, seolah-olah, banyak hal yang tak terhingga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun