Apa itu "Amicus Platon , sed magis amica veritas"
Pernyataan ini Amicus Platon , sed magis amica veritas adalah ungkapan Latin, yang diterjemahkan menjadi "Platon  adalah teman saya, tetapi kebenaran adalah teman yang lebih baik (secara harfiah: Platon  adalah teman, tetapi kebenaran lebih banyak teman (bagi saya daripada dia))." Pepatah sering dikaitkan dengan Aristotle, sebagai parafrase dari Etika Nicomachean [1096a11-15]. Kata "Amicus Platon , sed magis amica veritas" ("Platon  is my friend, but truth is a better friend," Aristotle, Nicomachean Ethics paraphrase of the 1096a11--15);
Amicus Platon n, sed magis amica veritas" bermakna umat manusia dengan fakultas akal budi harus memeriksa gagasan tentang Kebaikan Universal, dan meninjau kesulitan-kesulitan yang terlibat, meskipun penyelidikan semacam itu bertentangan dengan keinginan kita karena persahabatan kita, apapun mau teman mau sahabat, mau atasan, mau pasangan hidpu jika hal itu menyangkut kebenaran "Theory of Ideas" memungkinkan manusia berselisih argumentasi [selisih argument] dan bukan perselisihan sentimen. Mungkin hingga saaat ini masih diinginkan, dan memang itu tampaknya wajib, terutama bagi seorang mencari kebijaksanaan akal budi, untuk menawarkan bahkan ikatan pribadi terdekat seseorang dalam membela kebenaran.
Prototipe Latin terdekat ditemukan di Roger Bacon, Opus Majus, Platon  berkata: "Amicus oriente Socrates, magister meu, SED magisorienta amica veritas." Et Aristotelis-dicitseomagisvelekonsentkolerveritati, kvam amicitiae Platon nis, doctorisnostri. Haec Ekvita Aristotelis et primo Ethicorum, dan libra Secretorum manifesta sunt. Â
Karena Platon  berkata, "Socrates, guruku, adalah temanku, tetapi sahabat yang lebih besar adalah kebenaran itu sendiri".  Dan Aristotle  mengatakan  dia lebih  setuju dengan kebenaran daripada dengan persahabatan gurunya  Platon. Hal-hal ini jelas  Kehidupan Aristotle  pada buku Etika pertama dan Buku Rahasia.
Referensi Bacon untuk Etika dan Kitab Rahasia Nicomachean adalah kompilasi pseudo-Aristotelian, Secretum Secretorum,  diterjemahkan ke dalam bahasa Latin  pada abad kedua belas atau awal abad ketiga belas. Henry Guerlac menekankan  peribahasa itu muncul dalam berbagai bentuk yang berbeda dalam Kehidupan Aristotle  yang ditemukan dalam tiga manuskrip abad pertengahan yang terpisah, dua bahasa Yunani dan satu bahasa Latin. Santo Thomas Aquinas bergantung pada sumber yang sama dengan membuktikan poin dalam Sententia libri Ethicorum, Liber 1, Lectio 6, n. 4-5: Â
Kebenaran ini harus lebih disukai daripada persahabatan ditunjukkannya dengan cara ini. Dia adalah teman terbaik yang harus kita pertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Meskipun kita akan memiliki persahabatan untuk kebenaran dan ko-eksistensi, seluruh umat manusia harus memilih untuk mencintai kebenaran karena ko-eksistensi terutama untuk kebenaran dan kebajikan, seperti  ditunjukkan dalam buku kedelapan (1575-1577). Sekarang kebenaran adalah teman terkemuka dari jenis yang kepadanya penghargaan kehormatan harus dibayar. Terlepas dari kebenaran, itu adalah hal ilahi, karena  ditemukan pertama dan terutama di dalam Allah [Kata orang beragama
Andronicus, peripateta, mengatakan kesalehan membuat manusia setia dan taat pada hal-hal Tuhan. Bersamaan dengan itu adalah penilaian Platon, dalam menolak pendapat gurunya Socrates, mengatakan seorang pria harus lebih peduli pada kebenaran daripada apa pun; dan di tempat lain mengatakan, "meskipun Socrates adalah teman, kebenaran adalah teman yang lebih besar"; dan di tempat lain: "dengan Socrates hanya menyangkut dirinya kecil, tetapi dengan banyak kebenaran."
Pertanyaan berikutnya adalah Apa itu "Amicus Platon n, sed magis amica veritas" dalam kaitan Platon  dan Aristotle [muridnya];
Intinya [1] bentuk kritik pemikiran  oleh Aristotle pada idea Platon ; [2] kemudian melakukan novelty [membuat keterbaharuan berpikir atau "state of the art"]; dan [3] menyelaraskan sifat dikotomi antara [a] Idea dan Eidos, [b] theroria, dan praxis untuk tujuan ilmu pengetahuan *]
Dua manusia ini membentuk apa yang saya sebut [1] sebagai bentuk keterhubungan antara "keindahan" dan kebenaran ["Aletheia"], dimana hakekat ["Aletheia"] dalam Platon  adalah pancaran sejati atas suatu wujud; [2] pencinta jatidiri dan kebenaran yang memancar melalui kontemplasi; [3] kebenaran adalah merujuk pada upaya membuka jiwa [roh] menembus dunia wadag atau yang melampaui panca indrawi/sensible; [4] jiwa yang mencapai kebenaran itu melalui fakultas akal budi tersibaklah kesejatian ["ta onta"], dan kerinduan jiwa ini  memburu umat manusia pada kesejatian;
Akhirnya melalui cara ini [1,2,3,4] sebagai upaya mencari dengan kerinduan untuk menemukan kebenaran itu adalah seorang ilmuwan sejati atau seorang filsuf sejati ["alethos philosophos"], dan memberikan pandangan sejati ["alethes doxa"] tentang hidup;
Pertanyaan berikutnya adalah Apa itu "Amicus Platon, sed magis amica veritas" dalam kaitan Platon  dan Aristotle [muridnya]; dikaitkan dengan ] bentuk kritik pemikiran  oleh Aristotle pada idea Platon ; kemudian melakukan novelty [membuat keterbaharuan berpikir];
Bagi Aristotle filsafat Praxis disandingkan dengan konsep phronesis membentuk makna khusus dan tertentu; Aristotle merancang pada pengetahuan melandasi pada sikap dan tindakan manusia; dalam hal ini termasuk dua hal tentang [episteme] atau "epistemokon" dan tentang tindakan ["praktikon"] Â yang membentuk "praktike episteme" sebagai satu kesatuan dan keutuhan;
Pertama soal  "[episteme] atau "epistemokon" maka Aristotle masih sepakat dan setuju dengan Platon . Platon  menyatakan [episteme] atau "epistemokon" adalah yang bersifat niscaya dan sejati dengan dunia "eidos" yang merupakan realitas yang sebenarnya [Teks Phaedrus 247d], sebagai sesuatu ada dalam dirinya dan mencukupi dirinya sendiri [teks Phaedrus 75d], dan pengetahuan sejati [teks Theaetetus 187b, ddan Philebus 62a];
Pertama [1] Beda dan novelty [keterbaharuan gagasan] Aristotle adalah [episteme] atau "epistemokon" merupakan gagasan universal bersifat niscaya dengan objeknya dan karena itu mensifatkan kesejatian; Dan untuk mencapai objek tersebut perlu pendekatan fakta empiric atau induksi atau melalui silogisme; Maka pengetahuan membutuhkan atau mengandaikan demonstrasi;
Ke [2] menyangkut Praxis sebagai "magnum opus" Â kunci novelty [atau "state of the art"] karya Aristotle yang belum dijumpai secara maksimal pada Platon . Aristotle menganggap kontemplasi pada dunia idea memang penting, tetapi hanya salah satu sisi saja bersifat rohani ["nous"]; sedangkan manusia adalah perpaduan jasmani, dan rohani; Maka dibutuhkan apa yang disebut "actus" yang terungkap secara jasmani [material];
Maka istilah kata "prag + sis" dimana "prag" berarti perbuatan atau tindakan, atau "to pragma" kegiatan usaha dengan susah payah; atau "praktikos"  sebagai daya upaya, Maka bagi Aristotle manusia dalam dimensi jiwa raga mengkongkritkan dalam dimensi spekulatif atau intelektual ["nous noetikos" atau "dianoetikos"] pada satu aspek, dan dimensi pencitraan dalam pengalaman hidup atau ["nous praktikos"] yang meragakan keindahan, dan kebergunaaan atau kebaikan hidup  ["ethikos"] pada aspek lainnya;
Ke [3]  Aristotle mengetengahkan rupa-rupa makna, misalnya pada [1 substansi, dan 9 kategori] terhadap praxis setiap aktivitas manusia tidak ada yang dapat membatasi  tindakannya  ["ton praxeon"] yang memiliki tujuan pada dirinya sendiri;  Maka Aristotle menyatakan "prinsip semua tindakan adalah sebuah pilihan bebas" dari kehendak, dan kecerdasan watak manusia. Maka Aristotle menyatakan "praxis" adalah tindakan manusia sekaligus sebagai pengetahuan ["dianoia"] sebagai pendasarannya;
Simpulan: Amicus Platon, sed magis amica veritas" adalah bentuk dalam pencarian novelty atau keterbaharuan gagasan pengembangan ilmu baru atau dikenal sebagai "state of the art" dilakukan melalui pemikiran kritis;
*] Bahan Kuliah Program S3 Filsafat Ilmu dan Metode Pencarian Novelty Riset ["state of the art"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H