Mengapa Hidupmu Selalu Hopeless
Dikusi kuliah saya bertema pada mengandaikan :Ada manusia, Ada perusahaan, ada manusia, ada organisasi yang selalu entah bagimana selalu baik dalam kondisi apapun; tetapi ada sebaliknya setiap langkah upaya, dan cita-cita tindakan perbuatan selalu hopeless [sial, bermasalah] hidup selalu merepotkan orang; ada perusahaan selalu membuat rencana pajak dengan baik, tetapi kemudian hari selalu salah, kena denda, dan kena kasus hukum; pailit, dan seterusnya; sampai disebut manusia tantalus, atau manusia sia-sia; Â Berikan padangan anda bagimana kondisi ini boleh terjadi dengan meminjam rerangka {"Tantalus,"}
Tantalus, Tantalos  Yunani, dalam legenda Yunani, putra Zeus atau Tmolus (penguasa Lydia) dan nimfa atau Titaness Pluto (Plouto) dan ayah Niobe dan Pelops. Dia adalah raja Sipylus di Lydia (atau di Frigia ) dan merupakan sahabat karib para dewa, di mana dia diterima di meja.Â
Hukuman Tantalus di dunia bawah disebabkan oleh salah satu dari beberapa kejahatan, menurut berbagai penulis kuno: (1) Dia menyalahgunakan bantuan ilahi dengan mengungkapkan kepada orang-orang rahasia  yang telah dia pelajari di surga. [2] Tantalos membuat tindakan berakibat para dewa dengan membunuh putranya Pelops dan melayaninya [memberi makan] untuk menguji kekuatan pengamatan mereka; (3) Ia mencuri nektar dan ambrosia, makanan para dewa, dari surga dan memberikannya kepada manusia, menurut ode pertama Olimpiade Pindar. Â
Menurut Homer Odyssey, Buku XI, Hades Tantalus berdiri di lehernya dengan air, yang mengalir darinya ketika dia mencoba untuk meminumnya, dan di atas kepalanya tergantung buah-buahan yang ditiup angin ketika dia mencoba menangkapnya (karena itu kata itu menggoda ). Menurut ode Olympian pertama Pindar, sebuah batu menggantung di atas kepalanya siap untuk jatuh dan menghancurkannya.
Maka beberapa kemungkinan hadirnya jiwa Tantalus, dalam siklus kehidupan manusia bersifat nicaya. Maka hermeneutika hopeless bisa direintreprestasikan sebagai berikut:
Ke [1] Manusia tidak bisa dipercaya atau manusia menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan. Atau lebih tepatnya tidak memiliki komitmen pada janji kehidupan, Komitmen atau janji disini bisa janji kepatuhan pada hukum alam, kesadaran diri dan tindakan [moral]. Menjaga nilai-nilai keluhuran kebaikan berkeutamaan.Â
Hidup ada dalam kondisi menyimpang dari tatanan. Tidak komitmen pada pencipta, pada sesama, pada orang tua, dan keluarga, pada atasan, pada bawahan pada masyarakat, pada hewan tumbuhan, dan 4 anasir api air tanah, dan udara [kesetian ekologis] dan seterusnya. Manusia gagal bisa nya tidak paham [papan, empan, adepan] dan bersikap "Dumeh" keras kepala, dan tidak lentur seperti air;
Ke [2] Manusia tipe gagal atau hopeless versi tantalus bisa bermakna semiotika hermeneutika adalah selalu memanfaatkan orang lain sebagai objek yang bisa dimanfaatkan. Semacam instrumentalisasi manusia lain, gemar mengorbankan menyalahkan orang lain, keluarga, teman, anak, suami istri, dan selalu berebut benar, dan merasa benar, [egois] hanya demi diri sendiri. Atau saya sebut manusia lupa diri atayu tidak kenal diri atau tidak tahu diri;
Memiliki sikap dendam pada kehidupan, menang sendiri, orang lain adalah sarana membahagiakan saya. Kondisi ini adalah berbalik dengan tatanaan moral Indonesia lama [Jawa Kuna]; Rame ing gawe sepi ing pamrih. Justru sebaliknya manusia Tantalus adalah tipe menusia rame ing pamrih, sepi ing gawe. Apapun dilakukan dengan mencari muka, mencari jabatan, uang, kekuasaan, harga diri, dan pemikiran hanya demi manfaat pribadi [utilitarian] tanpa menghiraukan orang lain. Jikapun perduli hanya pura pura [munafik]; dan paling utama cirinya adalah "menusuk keris dari belakang". Makan teman sampai makan atasan;
Ke [3] Perilaku ini umumnya Tantalus dapat ditrans substansikan mengambil yang bukan haknya; mendistribusikan kejahatan [semacam KKN]; Â apapun didunia ini semua tidak ada yang disebut hak paling murni paling primodial; semua bukan hak kita, ia ada dalam siklus sementara, dan berubah. Apalagi bila bukan hak milik kita.Â
Kita mendengar dari tempat-tempat orang beragama  di Indonesia ini... dimana pemimpin rumah ibadah menyatakan {"Jangan Mencuri"} dijawab oleh umat Amin-Amin, Amin. Manusia beragama bukan sekedar label, tetapi tetapi lebih utama adalah sikap perbuatan perilaku.Â
Agama dalam praktik itulah manusia tegak, dan sesungguhnya; Saya rasa semua agama tidak ada mengizinkan mencuri dan mengambil apapun {Apapun disini isi alam dan zat alam semesta]; Jawa menyebutknya Hidup hanya mampir minum;
Saya membayangkan fakta manusia ini; Â sayangnya kelar dari tempat itu kita semua mencuri dan mengambil yang bukan haknya; Maka apapun tipe manusia Tantalus sebagai inkarnasi kehidupan manusia universal, jangan mencuri mengambil yang bukan haknya; tidak hanya menyangkut property, tetapi juga jiwa, karya orang lain, dalam artian yang sangat luas;
Demikianlah penyebab 3 utama Mengapa Hidupmu Selalu Hopeless dengan meminjam pemikiran Tantalus; Kehidupan penderitaan abadi, dan bagimana mengatasinya dalam tatanan nilai-nilai kebaikan keutamaan manusia [phronesis];
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H