Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pertama Kalinya dalam Sejarah Dayak Demo di Depan Istana Negara [3]

7 September 2019   00:25 Diperbarui: 7 September 2019   00:27 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama Kalinya Dalam Sejarah Dayak Demo di Depan Istana Negara [3] Selesai

Maka pada kondisi ini sesungguhnya Demo didepan Istana adalah Wacana aforistik bukanlah wacana argumentatif. Seperti petir yang tidak memberi penjelasan apa pun pada kereta api, sebuah pepatah yang baik adalah pernyataan yang tanpa alasan. Dan perisis dalam situasi ini ia dapat dipahami sebagai kehadiran daya purba yang bersifat latent tersembunyi;

Jika hidup ini sepenuhnya memuaskan, kita tidak akan mencari keselamatan darinya. Justru karena   bernilai negative; dayak mencari keselamatan dalam berbagai cara   mencari keselamatan melalui praktik austerit, pengorbanan, perbuatan baik, doa, meditasi, dan sebagainya.

Kehidupan  ini ditandai oleh penyakit, usia tua, kelemahan fisik, dan mental yang mengerikan dan penderitaan, keserakahan, khayalan, ketidaktahuan, perang, kebodohan, penyiksaan, kematian sampai mengarahkan kita pada nirwana, moksha, kehidupan abadi. Apa yang mendorong para Kaharingan Dayak adalah kesadaran bahwa pada akhirnya hidup ini tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan yang dapat benar-benar memuaskan kita.

Kahadiran Demo Dayak di Depan Istana adalah daya tarik ke dunia di balik layar fenomenal, dunia sejati yang cahaya kengeriannya ditebus oleh dunia ini. Tanpa daya tarik itu, dunia ini jelas bernilai negative dan membutuhkan penebusan;

Pada tulisan ke [3] ini adalah tulisan terakhir pada pada tema  "Pertama Kalinya Dalam Sejarah Dayak Demo di Depan Istana Negara". Sengaja saya menunda  menunggu sampai [7] hari sebagai pengendapan evaluasi proses aksi reaksi dalam tetanan metafisik.  Demo didepan Istana Negara dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2019  berlangsung sejak pukul 08.30 sampai 15.00 WIB tepat ditaman aspirasi tiga dimensi atau taman pandang Istana Negara Jakarta Pusat.

Diskursus ini adalah  menguraikan segi magi sebelum dilakukan demo, saat dilakukan demo,  dan setelah demo dengan rentang waktu [7] hari pada sisi metafisik   Dayak  Borneo.

Mengapa [7] hari baru diturunkan tulisan bersambung ini. Karena semua usia, semua kondisi, kematian, kelahiran, penderitaan, kehilangan, kebahagian, dan segala hal ikwal manusia dari A sampai Z ada dalam siklus 7 hari. Bahkan usia manusia juga ada alah 7 hari. Mereka lahir dan mati dalam 7 hari mulai kamis, jumat, sabtu, minggu, senen, selasa, dan rabu, kemudian berputar kembali sebagaimana reinkarnasi  atau pengulangan semua hal. Maka being, and becoming ada dalam angka 7, maka angka ini adalah angka yang dianggap pantang dalam dokrin dayak Kaharingan;

Apakah ada keterlibatan aspek mistik pada saat demo dilakukan. Untuk memperoleh pemahaman yang memadai, maka saya terlebih dahulu memaparkan pemahaman apa itu aspek mistik [metafisik] dalam bentuk sosiologis Dayak Borneo;

Jika membahas Dayak Borneo secara unik tidak mungkin lepas dari "Partisipasi Kosmis"  atau keintiman akses pada alam metafisik sebagai dokrin "self regulation system" yang inheren dalam diri mereka. Secara umum dogma "Partisipasi Kosmis"  didasarkan pada kepekaan   pada sugesti diri dengan keintiman pada hal yang disebut sakral. 

Maka nilai solidaritas "Partisipasi Kosmis"   adalah mirip meja atau kursi dicat, tidak tampak dari luar  namun ada daya purba lain yang bekerja, bahkan bisa mencapai kejutan apa yang disebut melampuai rasional irasional. Arinya kehidupan Dayak Borneo tanpa "Partisipasi Kosmis"  adalah tidak mungkin. Disamping itu hakekat magis mistis  upaya membedakan sebagai symbol perlawanan untuk membuang sesuatu yang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun