Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Masalah Papua, Seandainya Saya Presiden

2 September 2019   10:19 Diperbarui: 2 September 2019   10:27 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah Papua: Sendainya Saya Presiden*

Kamis, 29 Agustus 2019 17:44 WIB, seperti dilansir berita   Tribunnews.com dengan judul Terbaru Kasus Rasisme Mahasiswa Papua di Surabaya: Peran Tri Susanti   Membuatnya Jadi Tersangka,  TRIBUNNEWS.COM  Ujaran rasis dan persekusi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya pada 16 dan 17 Agustus 2019 lalu menjadi pemicu aksi demontrasi yang berujung kerusuhan di Papua. Kerusuhan terjadi di Manokwari dan Sorong, Papua Barat pada Senin (19/8/2019). Hari ini, Kamis (29/8/2019), kerusuhan kembali terjadi yakni di Jayapura, Papua.

Kasus di Pulau terujung Timur ini seperti tidak ada habisnya, hampir tiap hari ada saja gejolak antara aparat penegak hukum Indonesia TNI dan Polri dengan KKB atau sering disebui OPM. 

Kedua belah pihak tidak hanya konflik idiologi perjuangan, tetapi nyawa dan darah manusia terus menetas menghasikan tragedi kemanusian kesengsaran, penderitaan, dan kematian umat manusia.

Sangat disayangkan  dan memprihatin kondisi ini seakan terus terjadi belum jelas akhir bagimana masalah ini diselesaikan secara komprehensip, menyeluruh, dan kuat. Supaya kedepan Indonesia milik semua umat manusia menjadi damai, adil, dan bermartabat.

Bagimana jika Sendainya Aku Presiden?; Apa yang harus saya lakukan pada pulau Papua. Tulisan fiksi ini berusaha menjawabnya pada pendekatan integrasi kultural:

Ke [1] Saya akan mendatangi Gunung Jaya Wijaya adalah gunung tertinggi di Indonesia yang terletak di Papua. Titik tertingginya adalah Puncak Jaya yang ketinggiannya mencapai 4.884 meter diatas permukaan laut.  

Diteruskan perjalanan Danau Habema [danau di atas awan]; merupakan danau tertinggi di Indonesia yang ketinggiannya mencapai 3225 mdpl dengan luas 224,35 hektare. 

Kemudian menginap di Taman Nasional Lorentz adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Papua, Indonesia. Taman Nasional Lorentz dengan luas wilayah sebesar 2,4 juta Ha.  

Dokrinnya adalah "Deus Sive Natura" pantheisme rasionalis Spinoza (1632-1677), Leibniz (1664-1716) bahwa alam semesta ini dikendalikan oleh "Monad" sebagai bentuk "force primitive" atau daya purba, bahwa demitologisasi (eksegesis) semua terarah pada dogma tertentu, kemudian di cari episteme supaya terjadi rekonsiliasi.

Jika saya sebagai presiden maka saya  cukup membawa 1 Ajudan. Kemudian ditemanin 3 orang lain dari Sabdo Palon Noyo Genggong, dan Itak Ayan atau Nini Punyut.

Dan ketiga saya ditemanian oleh Inerie atau disebut sebagai 'Piramida Alam'. Tugas Inerie melakukan ritual membawa tanah dan air dari pangkuan ibu Inerie  Bajawa Flores. 

Inerie, gunung berapi yang statusnya saat ini aktif merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Flores dengan ketinggian mencapai 2.245 dpl. Inerie adalah gunung yang sangat menonjol. Berdiri menjulang di pesisir selatan pulau Flores dengan puncak mengerucut sempurna, membuat gunung ini disebut sebagai 'Piramida Alam.

Tugas Sabdo Palon Noyo Genggong melakukan ritual adalah membawa tanah dan air pada tujuh pasangan "Gunung Kembar" di Indonesia (1) Sibayak dan Sinabung, di Sumatera Utara, (2) Marapi dan Singgalang, di Sumatera Barat, (3) Gede dan Pangrango, Jawa Barat, (4) Sumbing dan Sindoro, Jawa Tengah, (5) Merapi dan Merbabu, Jawa Tengah, (6) Arjuno dan Welirang, Jawa Timur, (7) Bawakaraeng, dan Lompobattang di Sulawesi Selatan. 

Sabdo Palon Noyo Genggong juga membawa tanah dari dua tempat berasal pada makam mantan punggawa Negara ini yang mendahului periode sebelumnya. Tidak lupa juga saya minta tolong Putri Gandung Mlati untuk membawa ["Api abadi"]; Mrapen dari  Kabupaten Grobogan yang pernah mati pada obor Asian Game waktu diarak depan Istana Negara.

Tugas Itak Ayan atau Nini Punyut melakukan ritual adalah membawa, lilin, emas, kemenyan, ayam, batang ulin, telor, nasi, dan sesajian makanan paling enak lainnya, beras kuning, dan peralatan nyirih. Kemampuan beliau ini saya pakai akibat kegagalan saya memahami  hakekat keseluruhan pada dokrin "Weruh Sak Durunge Winarah". 

Maka saya melakukan ritual 3 hari dan tiga malam metafisik di Gunung Jaya Wijaya, Danau Habema, dan Taman Nasional Lorentz  pada jam 24.00 sampai jam 03.00,    malam Weton Wage, di mana salah satu malamnya ada pada hari terjepit pada tanggal tersebut.

Ke [2] Jika saya jadi presiden maka saya melakukan apa yang disebut "Andhap Asor, Wani Ngalah Luhur Wekasane" artinya  siapa yang mau atau berani mengalah pada akhirnya mendapat kemulyaan. 

Setelah pada tahap [1] saya lakukan maka selanjutnya   mendatangi 3 tempat ini di Papua, yakni secara berurutan sesuai hitungan arah angin arah air mulai  [a] Sorong, dan [b] Merauke, dan [c] Jayapura. 

Pada tiga tempat ini saya akan mengundang para kepala adat kemudian diundi secara acak random untuk menghasilkan 12 suku perwakilan  untuk [1] mencuci kaki kepala suku tersebut, dan meminyakinya, kemudian menciumnya meminta saling memaafkan sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan; 

[2] melakukan pesta Adat, dengan diikuti makan bersama dilapangan terbuka pada malam hari dilakukan Pesta Bakar Batu dalam tradisi Papua sebagai bentuk  akhir penyelesaian konfik dan menciptakan zona perdamaian bersama-sama dengan menggunakan tambahan 3 buah batu yang saya bawa dari kaki gunung merapi, gunung sindoro, dan gunung sumbing; 

[3] dan sebagai penutup dilakukan pentas seni Yospan sambil mengunyah nyirih, dicampur sedikit anggur sebagai penghormatan adat luhur. Anggur yang diminum adalah anggur tuak asli nusantara pada 5 sumbu.

Memang saya presiden?, tidaklah, saya bukan presiden ini hanya mimpi sesaat tertidur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi tepatnya di Goa Istana tempat Presiden Soekarno bertapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun