Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

49 Hari Setelah Pengumuman Pemindahan Ibu Kota Negara

24 Agustus 2019   01:26 Diperbarui: 27 Agustus 2019   18:06 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika alasanya karena Jawa menghadapi krisis ketersediaan air bersih, ancaman gempa, rawan banjir, dan kondisi tanah yang turun seharusnya dipulihkan, dan justru menjadi tantangan Istana Negara menyelesaikan masalah tersebut.

Jadi apakah para penghuni Istana lari dari masalah adalah baik atau etis? Hiyang Wadian menjawab jelas tidak.

Kalau alasan pemeratan ekonomi tidak semudah itu seharusnya. Negara bisa membangun pusat enterprenur, bangun infrastruktur, dan berikan kemudahan akses ke perbankan, atau berikan subsidi pajak di Borneo dan atau sarana perhubungannya dengan pulau lain, juga negara lain. 

Coba bandingkan effect negative dengan  2 atau 3 juta transmigrasi professional pindah ke Borneo, bagimana dampak kesenjangan muncul dan konfik sosial hadir.

Apalagi penggawa negara belum membuat hitungan matematis dampak pemindahan IKN pada Produk Domestik Bruto (PDB) riil secara nasional sampai 49 tahun atau 300 tahun ke depan.

Makna [5] kehadiran Hiyang Wadian di Istana Negara membutuhkan waktu 49 hari sejak di pentaskan, yakni 17 Agustus 2019 unutk menjawab atas hal-hal yang mengandung situasi-sitausi ketegangan hingga peristiwa tidak diduga yang wujudnya bisa macam-macam sehingga cukup membuat umat manusia terheran-heran dan panik.  

Sambil menunggu 49 hari yang jatuh pada tanggal 19 Oktober 2019 tepat pada hari pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024. Hitungan hari yang sudah ada belum banyak diketahui umat manusia secara metafisik. Tetapi Hiyang Wadian Kaharingan sudah menjawab semuanya ini.

Dan  sejak lima hari lalu sampai hari ini, terjadi kebakaran di Gunung Merapi dan di sekitar Prasasti Soeharto Kali Putih.

Bukankah diskursus saya pada tulisan di Kompasiana tentang perlunya rencana pemindahan IKN untuk bertanya kepada para Mantan Presiden Indonesia yang sudah meninggal dan dua tokoh lain yang sangat memahami.

Dan satu jawaban yang bisa saya sampaikan adalah simbol Merapi adalah terbakar. Artinya simbol metafisik sudah menjawabnya.

Sisa Presiden lain atau 2 tokoh lainnya jawabnya sudah ada, tetapi saya tidak sampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun